Â
Kanker: Lebih dari Sekadar Penyakit Fisik
Kanker bukan hanya tentang sel tubuh yang tumbuh tidak normal, tapi juga tentang perasaan, pikiran, dan kekuatan batin seseorang dalam menghadapi penyakit ini.
Secara medis, kanker terjadi ketika sel-sel tubuh membelah diri tanpa kendali, merusak jaringan di sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ lain proses yang disebut metastasis.
Namun di balik proses biologis itu, ada perjalanan psikologis yang sering tidak terlihat: ketakutan, kecemasan, kehilangan harapan, bahkan depresi. Di sinilah psiko-onkologi hadir bidang ilmu yang menggabungkan psikologi dan onkologi untuk membantu pasien memahami dan mengelola dampak emosional dari kanker.
Kanker di Indonesia: Fakta yang Perlu Disadari
Menurut Globocan (WHO) 2022, Indonesia mencatat lebih dari 408.000 kasus baru kanker dan sekitar 243.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya.
Jenis kanker yang paling banyak diderita adalah:
-
Kanker payudara (16,2%)
Kanker paru-paru (9,5%)
Kanker serviks/leher rahim (9,0%)
Kanker kolorektal (8,7%)
Kanker hati (5,8%)
Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dan banyak pasien baru terdeteksi saat sudah stadium lanjut.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk deteksi dini, serta ketakutan menghadapi diagnosis dua hal yang sebenarnya bisa ditangani dengan pendekatan psikologis yang tepat.
Mengapa Faktor Psikologis Penting dalam Kanker?
Penerimaan terhadap diagnosis kanker bukan hal mudah. Banyak pasien mengalami fase penolakan, marah, takut, bahkan menyerah.
Reaksi ini normal, tapi jika berlarut-larut bisa menurunkan sistem imun, menghambat pengobatan, dan memperburuk kualitas hidup.
Dalam keadaan stres berat, tubuh memproduksi hormon kortisol secara berlebihan. Jika terus berlangsung, hormon ini dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, pikiran positif, dukungan sosial, dan ketenangan emosional terbukti membantu mempercepat pemulihan dan meningkatkan efektivitas pengobatan.