Mohon tunggu...
Jovita Dwina Ardiani
Jovita Dwina Ardiani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswi Ilmu Administrasi Negara

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengendalian Mutu Pendidikan Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning di SMA Negeri

21 Mei 2024   12:28 Diperbarui: 7 Juli 2024   00:05 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan adalah fondasi utama untuk masa depan suatu bangsa. Untuk memastikan kualitas pendidikan yang berkualitas, pengendalian mutu menjadi kunci utama. Salah satu cara untuk meningkatin kualitas pendidikan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek di Sekolah Menengah Atas atau biasa kita kenal dengan PjBL. PjBL ini pendekatan yang terintegrasi antara teori dan praktik, memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif, serta memperoleh pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep akademik dan keterampilan yang  akan berguna dalam kehidupan setelah SMA.  Menurut Goodman dan Stivers (2010), pembelajaran berbasis proyek dapat didefinisikan sebagai pendekatan pendidikan berdasarkan aktivitas pembelajaran dan tantangan dunia nyata yang memberikan siswa tugas yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari yang harus diselesaikan dalam kelompok. Gaya belajar siswa berbeda-beda, dan PjBL memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan eksperimen. Misalnya, siswa yang lebih cenderung belajar melalui pengalaman langsung akan mendapat kesempatan untuk melakukan eksperimen atau menguji hipotesis. Sementara itu, siswa yang lebih suka belajar melalui pembacaan akan diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian mendalam dan mengevaluasi informasi yang mereka temukan.

Pendekatan seperti Project Based Learning (PjBL) dalam dunia pendidikan muncul sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. PjBL menawarkan pengalaman pembelajaran dengan kehidupan nyata, memungkinkan siswa untuk mengasah keterampilan. Misalnya, dari sisi siswa sebuah proyek dalam pelajaran bahasa Inggris yang melibatkan pembuatan kampanye kesadaran masyarakat tentang isu sosial atau lingkungan. Siswa diminta untuk memilih isu yang mereka pedulikan, seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, pentingnya pendidikan anak-anak di daerah terpencil, atau perlunya mendukung pemulihan lingkungan setelah bencana alam. Mereka kemudian harus merancang kampanye yang mencakup poster, brosur, dan bahkan video pendek untuk disebarkan di sekolah atau komunitas mereka. Proyek pembuatan kampanye kesadaran masyarakat membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat secara umum. Ini akan memberikan peluang kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman mereka mengenai permasalahan sosial dan lingkungan. Kampanye tersebut dapat mendorong masyarakat untuk mengubah perilaku mereka yang tidak berkelanjutan dan mengambil tindakan nyata untuk mendukung isu-isu yang diangkat. Selain itu, proyek ini juga memberdayakan masyarakat dengan memberi mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam upaya pemecahan masalah sosial dan lingkungan.

Proyek semacam ini juga akan mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang isu-isu global yang penting dan juga mengasah keterampilan berkomunikasi mereka dalam menyampaikan pesan dengan jelas dan persuasif. Manfaat lain dari proyek ini adalah memperluas wawasan siswa tentang dampak positif yang dapat mereka buat di lingkungan mereka sendiri.  Siswa akan melihat hasil dari kampanye kesadaran masyarakat yang mereka buat, siswa dapat merasakan kepuasan dan rasa tanggung jawab atas kontribusi mereka terhadap perubahan yang positif dalam komunitas mereka. Selain itu, proyek ini juga memperkuat keterampilan kolaborasi siswa, karena mereka harus bekerja sama dalam tim untuk merancang dan melaksanakan kampanye kesadaran masyarakat mengingat Nadiem Makarim juga mengatakan kemampuan berkolaborasi juga sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan saat ini. Sebagai hasilnya, fokus utama kebijakan Merdeka Belajar adalah pada kolaborasi dan pembangunan kreativitas. Proyek ini tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa, tetapi juga bagi guru dan orang tua. Bagi guru, proyek ini membuka peluang untuk mengembangkan keterampilan pengajaran mereka dengan menjadi fasilitator aktif dalam proses pembelajaran siswa. Mereka dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk merancang proyek yang melintasi disiplin dan meningkatkan keterlibatan siswa. Selain itu, proyek PBL memberikan kesempatan bagi guru untuk lebih memahami kebutuhan individu siswa dan memperkuat koneksi antara kurikulum sekolah dan kehidupan nyata. Di sisi lain, orang tua juga merasakan manfaat dari keterlibatan anak-anak mereka dalam proyek PBL. Mereka dapat melihat perkembangan keterampilan sosial dan kognitif anak-anak mereka melalui proyek ini, serta merasakan kebanggaan saat melihat mereka terlibat dalam menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Orang tua juga dapat memperkuat hubungan dengan sekolah melalui partisipasi aktif dalam mendukung anak-anak mereka dalam proyek ini, serta merasa lebih terlibat dalam proses pendidikan anak-anak mereka.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, menekankan pentingnya memperkuat sistem pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL). Ini bertujuan untuk terus mendorong kerjasama antara siswa melalui proyek-proyek pembelajaran. "Saya ingin semua pembelajaran mengadopsi Project Based Learning. Baik di perguruan tinggi maupun di sekolah, harus ada Project Based Learning. Hal ini untuk merangsang kemandirian, kerjasama, dan kreativitas," ucap Nadiem dalam siaran langsung di Instagram @unicefindonesia, seperti yang dilaporkan oleh laman Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Berbicara tentang Project Based Learning (PjBL), PjBL memiliki fungsi manajemen. Fungsi manajemen memiliki peran penting dalam memastikan kesuksesan dan efektivitas pembelajaran berjalan dengan lancar. Planning menjadi langkah awal yang penting, di mana tujuan pembelajaran, tahapan proyek, dan alokasi sumber daya direncanakan dengan cermat. Organizing mengikuti, dengan pengaturan tim, peran, dan materi pembelajaran yang diperlukan untuk menjalankan proyek secara efisien. Selain itu,  leading juga menjadi hal yang  krusial karena guru berperan sebagai pemimpin yang menginspirasi dan memotivasi siswa dalam menjalankan proyek. Controlling sangat diperlukan selama seluruh proses karena memungkinkan guru untuk memonitor kemajuan proyek dan memastikan proyek berjalan sesuai rencana. 

Penggunaan Project Based Learning (PjBL) dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah negeri ini memiliki segudang keuntungan untuk siswa. Pertama, PBL mengasah critical thinking, karena siswa diajak untuk memecahkan masalah, menganalisis informasi, dan membuat keputusan yang tepat. Mereka belajar mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan mengevaluasi hasilnya, sehingga kemampuan analitis dan logis mereka akan meningkat. Kedua, PjBL meningkatkan motivasi siswa.  Ini akan memungkinkan siswa untuk belajar tentang topik yang mereka minati secara mendalam, PjBL membuat mereka lebih terlibat dan termotivasi dalam proses pembelajaran, yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar mereka. Selanjutnya, PjBL berkontribusi pada pengembangan kemampuan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kreativitas. Keahlian-keahlian ini memiliki peranan penting dalam dunia profesional maupun kehidupan sehari-hari, dan PjBL memberikan suasana yang optimal untuk melatih keterampilan tersebut. Di sisi lain, PjBL juga memberikan pembelajaran tentang manajemen waktu dan tanggung jawab. Siswa belajar merencanakan, mengorganisir, dan mengelola proyek mereka dari awal hingga akhir, yang mengajarkan mereka tentang manajemen waktu yang efektif dan tanggung jawab individu atas hasil pekerjaan mereka. Selain itu, PjBL juga mendorong inovasi dan kreativitas. Dalam mengerjakan proyek, siswa didorong untuk berpikir kreatif dan  menggali metode-metode inovatif untuk menyelesaikan tantangan, yang memperluas pemikiran mereka.

Sejumlah penelitian telah dilaksanakan untuk menganalisis keefektifan Project Based Learning (PjBL) dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Temuan dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa PBL terbukti sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif. Salah satu aspek yang menonjol dari PjBL adalah kemampuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan cara yang lebih mendalam. Para peneliti menemukan bahwa siswa cenderung lebih cepat memahami konsep-konsep yang diajarkan melalui PjBL karena mereka terlibat secara aktif dalam proyek. Temuan ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Setiawan (2020) yang menunjukkan bahwa PjBL secara signifikan meningkatkan kreativitas pembelajaran siswa. Dalam riset tersebut, tingkat kreativitas siswa meningkat dari 52,38% menjadi 80,95% setelah menerapkan pendekatan PjBL. Ini juga memberikan bukti yang kuat bahwa PjBL  selain meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, PjBL juga memperkaya pengalaman pembelajaran mereka dengan merangsang kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Ia menyimpulkan bahwa project-based learning ini efektif dan memberikan segudang manfaat untuk siswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun