Jokowi jadi juru kampanye PDIP di Jawa Barat untuk memenangkan kursi perebutan Gubernur, demikian isi berita berbagai surat kabar Nasional sejak hari Sabtu kemarin hingga hari ini, bahkan hari inipun Jokowi cuti karena ditugaskan megawati untuk kampanye di Depok, demi kepentingan pasangan Cagub Rieke Diah (Oneng) dan Tenten Masduki. Koleksi Kapitan Joe
Sejatinya perebutan kursi Gubernur, tentunya tugas utama dari Calon Gubernur tersebut untuk merebut simpati, ditambah dengan sentuhan  pimpinan Partai,  juga dikombinasi dengan  strategy cerdas dalam menjual programnya. Dengan demikian program tersebut akan dapat merebut simpati para pemilih, dan saat pilkada nantinya calon pemilih telah mantab dan akan menjatuhkan suaranya pada calon yang disodorkan partai tersebut. Namun dalam perebutan kursi Gubernur Jawa Barat saat ini, program kampanye PDIP untuk Oneng dan Teten, mirip menjagokan Jokowi sebagai calon gubernurnya, hal ini dibuktikan dengan cutinya Jokowi selama tiga hari ( Sabtu-Senin) untuk mempromosikan Cagub PDIP tersebut, yang nota bene tidak ada kepentingan langsung dari Gubernur DKI terhadap Diah maupun Teten, dengan mengorbankan tugas sebagai Gubernur, karena Jokowi ditampilkan hanya untuk mendongkrak perolehan suara agar dapat memenangkan perebutan kursi Gubernur dalam beberapa hari mendatang. Sadar atau tidak Jokowi dalam hal ini terlalu tunduk terhadap ketua partai, kemenangan Jokowi dalam pilgub DKI kemarin, bukanlah karena dukungan PDIP terhadap Jokowi , kami-kamilah dari grassrot yang getol untuk mempromosikan Jokowi sebagai calon Gubernur, oleh karena visi dan misi anda memang layak untuk dijalankan di Ibukota Negeri ini, karena kami muak dengan tingkah laku para Birokrat Ortodok dengan segala tipu muslihat yang dipertontonkan mereka. Kini terbukti sudah, dalam wawancara dengan Taufik Kemas oleh salah satu media online, Taufik dengan jelas mengatakan Jokowi belum saatnya untuk dicalonkan menjadi Presiden, penuturan Ketua MPR ini dengan jelas menyebutkan masih ada yang lebih layak untuk dicalonkan jadi Presiden dari pada Jokowi, yaitu; Pramono Anung maupun Tjahyo Kumolo, yang nota bene kedua dedengkot PDIP ini di DPR maupun Sekjen Partai keluarga Soekarno ini tidak memiliki track record best maupun hasil istimewa dari dulu sampai detik ini. Mencermati perkataan Taufik Kemas ini, jelas membuat saya benar-benar kecewa, Jokowi sebagai simbol kemajuan bangsa dalam mereformasi birokrasi mafia, telah di bonsai oleh PDIP ( dalam hal ini trah Soekarno) untuk tidak menerima bujukan apapun dalam perebutan Kursi RI 1 tahun depan. Jokowi telah mereka setting sedemikian rupa, dan Jokowipun dengan manut, tunduk, kini tersandera oleh putusan Banteng tua, tanpa berani berujar apapun. Pencalonan Pramono Anung sebagai Capres versi Taufik Kemas dan menenggelamkan Jokowi sebagai Gubernur DKI untuk lima tahun mendatang, jelas akan menjadi bumerang bagi Jokowi nantinya, kepercayaan dari rakyat untuk memilih Jokowi sebagai RI1, ternyata disiasiakan oleh partai yang tidak terlalu mendapat tempat di hati rakyat. Untuk itu seharusnya Jokowi memahami keinginan rakyat, bahwa saat inilah tepatnya anda bertindak, karena kalau menunggu tahun 2019 mendatang; berarti Jokowi membiarkan Bangsa ini semakin terjerumus kedalam jurang kehancuran, khususnya birokrasi, Korupsi, oleh karena pimpinan Negeri ini, hanya dari kalangan itu-itu saja. Sekali lagi Pak Jokowi, rakyat Negeri ini memberikan kepercayaan di pundakmu untuk memimpin Negeri ini, menuju Bangsa yang lebih baik, sistem pemerintahan yang lebih terbuka, jujur dan berharga di mata Dunia, bukan seperti sekarang ini, Duh Gusti bangsa lain hanya tahu Indonesia itu, kandangnya Koruptor maupun teror, bola sudah berada di tangan Anda, hasil surveypun selalu mendudukkan anda pada urutan teratas, anda tutup mata untuk hal ini?