Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lulus Ujian Pandemi

9 Januari 2021   14:55 Diperbarui: 9 Januari 2021   15:11 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembatasan sosial akan kembali diberlakukan dan diperketat pertengahan bulan ini. Wilayah yang menjadi pusat perhatian  adalah Pulau Jawa dan Bali. Dikeluarkannya kebijakan ini oleh pemerintah dikarenakan kurva yang cenderung naik dalam grafik kasus covid-19 dalam 1 bulan terakhir. Berbeda dengan pembatasan yang tahun lalu diberlakukan, yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kali ini akan dijalankan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal ini dimaksudkan bukan pembatasan sosial yang dilakukan, melainkan memperketat pengawasan dan penegakan prokes pada kegiatan masyarakat.

Sudah hampir satu tahun pandemi melanda Indonesia. Semua aspek kehidupan masyarakat terkena dampak akibat masalah kesehatan ini. Namun seperti tak ada  ingin berhenti, belakangan ini kasus konfirmasi positif malah meningkat. Rasa jenuh yang menghantui bisa menjadi kambing hitam atas tak kunjung berakhirnya masalah pandemi ini. Selain itu ilmu yang terbilang baru tentang virus ini dan seperti terus berkembang menyebabkan sulitnya mengendalikan dan mengantisipasi situasi ini.

Rasa frustasi pun menghampiri banyak orang dari banyak golongan. Banyaknya yang kehilangan pekerjaan ataupun peluang usaha sangat melelahkan pikiran banyak orang. Solusi yang harus segera dicari untuk terus bertahan hidup ditengah situasi sulit sangatlah menguras energi dan perasaan. Walaupun adanya program bantuan dari pemerintah, nampaknya hal itu tak cukup. Banyak hal yang tak sesuai harapan masyarakat mengenai masalah pandemi ini membuat banyak orang kecewa.

Banyak rencana yang sudah dibuat harus ditunda bahkan dibatalkan. Kegiatan sosial harus berjalan seadanya atau pun secara online. Pastinya jika keluhan itu dikumpulkan tak akan terhitung lagi, karena masalah ini bukanlah hanya di Indonesia, namun sudah mendunia. Sehingga adaptasi memang harus dilakukan secara cepat. Banyak hal yang harus berubah dan dipelajari, mungkin saja berguna bagi kehidupan di masa depan. Karena sekali lagi, tak akan ada yang tahu apa lagi yang akan terjadi di masa depan. Hanya orang yang siaplah yang dapat menghadapinya.

Hal terpenting yang sebenarnya menjadi adaptasi yang terutama adalah memperbaiki pola pikir. Pola pikir tentunya sangat mempengaruhi kegiatan manusia setiap harinya. Waktu untuk bangun/tidur, makanan yang akan dikonsumsi, pergaulan, pekerjaan, hiburan, itulah contoh sederhana beberapa hal yang kita harus pilih setiap hari.  Di setiap pilihan tergantung dengan pola pikir masing-masing.

Bangun lebih siang agar tidur lebih lama atau bangun pagi agar bisa berolah raga, makan sayuran agar lebih sehat atau sedang berencana menambah berat badan, membaca buku dibanding mendengar lagu dan contoh lainnya adalah peran dari pola pikir setiap orang.

Situasi yang buruk di masa pandemi pun sebenarnya bisa menjadi baik saat pola pikir dirubah. Misalkan situasi ini menyenangkan karena lebih banyak waktu di rumah dan beristirahat. Memang tak mudah jika seseorang yang sedang ada di kondisi sulit untuk berpikir seperti itu. Namun dengan mengambil waktu untuk bersyukur sejenak, hati dan pikiran akan lebih tenang dan akan lebih baik dalam menentukan sikap, keputusan atau pun pilihan tertentu.

Begitu pula dengan masalah pandemi yang tak kunjung berakhir dan pembatasan-pembatasan yang mengikuti, yang menyebabkan tergganggunya beberapa aspek kehidupan manusia. Dibanding terus menerus mempertanyakan kapan pandemi ini akan berakhir, mencari pehak mana yang dapat dipersalahkan atau pun bertanggung jawab dengan memburuknya situasi dan terus mengomentari pekerjaan orang lain, ada baiknya untuk beradaptasi dengan pola pikir yang baru.

Sebagai rakyat memang kita sudah memilih setiap pemimpin, baik itu di pusat maupun daerah, begitu pula untuk wakil rakyat yang diharapkan dapat mewakili suara masyarakat. Meskipun begitu, bukanlah berarti rakyat harus meletakan semua tanggung jawab kepada pemerintah atau wakil rakyat. Setiap orang pun mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun