Artikel ditulis oleh : Yoseph Bagas Kara, Risma Aulia Mochtar, Bentha Kusuma Ardhania, Jesslyn Valencia Alexandra
Pendahuluan
Sekarang, hampir semua orang di Indonesia hidup berdampingan dengan layar. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk menatap ponsel. Entah itu nonton video di TikTok, buka Instagram, atau sekadar ngobrol di WhatsApp. Menurut Data Reportal (2025), pengguna internet di Indonesia sudah mencapai lebih dari 212 juta jiwa, atau sekitar 74,6% dari seluruh populasi. Artinya, tiga dari empat orang Indonesia kini aktif di dunia digital.
Fenomena ini menunjukkan betapa besar pergeseran pola komunikasi dan konsumsi media di masyarakat. Kalau dulu orang menunggu berita di TV atau membaca koran pagi, sekarang semua informasi bisa didapat lewat genggaman tangan. Dalam teori komunikasi Uses and Gratification, dijelaskan bahwa orang memilih media sesuai kebutuhannya untuk cari informasi, hiburan, pengakuan sosial, bahkan sekadar melepas penat. Jadi wajar kalau media digital kini jadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
Peralihan dari Media Konvensional ke Dunia Digital
Beberapa tahun terakhir, media sosial mengambil alih perhatian masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan YouGov (2025), sebagian besar masyarakat kini lebih banyak menghabiskan waktu di YouTube, Instagram, dan TikTok dibandingkan televisi atau radio. YouTube masih jadi yang paling populer dengan pengguna lebih dari 81%, diikuti Instagram dan TikTok yang banyak digemari generasi muda.
Generasi Z, misalnya, lebih suka menonton konten singkat yang ringan dan visual. Mereka lebih percaya pada ulasan di TikTok daripada iklan TV. Sementara itu, media seperti televisi atau surat kabar mulai ditinggalkan karena dianggap kaku dan kurang interaktif. Pergeseran ini bukan sekadar soal media, tapi soal budaya baru budaya digital yang mendorong komunikasi dua arah, cepat, dan responsif.
Dampak terhadap Strategi Bisnis
Perubahan gaya hidup digital otomatis mengubah cara bisnis bekerja. Sekarang, pelaku usaha dituntut hadir di tempat yang sama dengan konsumennya: dunia maya. Promosi lewat televisi atau baliho besar memang masih ada, tapi daya jangkaunya kalah jauh dibanding media sosial. Lewat Instagram, TikTok, atau YouTube, bisnis bisa menjangkau jutaan orang hanya dengan satu konten yang menarik.
Penelitian Maharani dan Kurniawan (2025) menunjukkan bahwa promosi lewat live streaming di TikTok Shop dan Shopee Live bisa meningkatkan minat beli karena terasa lebih “nyata”. Konsumen bisa melihat produk, bertanya langsung, bahkan membeli di saat yang sama. Namun, strategi digital juga punya tantangan. Algoritma media sosial yang berubah-ubah bisa membuat konten bagus tenggelam begitu saja. Belum lagi masalah kepercayaan, keamanan data, dan kejenuhan audiens akibat terlalu banyak iklan yang mirip-mirip.