Apa yang membuatmu sulit diterima untuk merealisasikan idemu demi kemajuan tempatmu? Kamu saat ini sedang memiliki cita-cita luhur. Bahkan kamu saat ini membicarakan idemu kepada mereka yang mendengarkannnya. Ketika kamu selesai cerita, rasanya kamu tidak diam begitu saja. Kamu mencoba membuat design thinking, peta konsep, bahkan membuat program berdasarkan analisis SWOT. Sebuah program yang kamu cita-citakan adalah program menuju perubahan desaku. Kamu mencoba mensosialisasikan dengan self-struggle, karena semuanya ini lahir dari suatu hal yang menggugah pikiranmu untuk keluar darinya, yaitu situasi sosial yang tidak baik-baik saja.
Apa yang kamu alami setelah kamu bersama orang-orang yang dipercaya untuk mendukungmu selama ini? Awal-awal, kamu akan disapa, lama kelamaan kamu akan ditinggalkan begitu senyap. Tipikal orang seperti ini adalah orang tertutup, bukan? Sulit menemukakn orang yang memiliki open minded, memiliki inisiatiif yang sama. Kamu akan merasakan bahwa orang-orang yang disekitarmu itu pergi begitu saja, dan membuatmu merasakan bahwa mereka tidak memiliki visi dan menciptakan peluang bersamamu. Mereka tidak melihat peluang jangkan panjang dari setiap ide yang kamu utarakan.
Mereka mungkin saja melihat “gampang” setiap ide yang kamu utarakan. Apakah mereka merasakan bagaimana kamu berjuang untuk memperoleh insight yang kamu utarakan dengan pace learning? Tipikal orang yang kamu jumpai, ya didepanmu, namun dibelakangmu senyap tak memberikan dampak apa-apa telah lama terbentuk oleh lokalitas budaya “primitif” termasuk SDM masih dibentuk agar bisa diterima secara reasonable.
Hal seperti ini dibentuk oleh pola strukturalis. Pola pikir dibentuk oleh kesamaan pengalaman, cara pandang komunal untuk menegasi idemu. Tipikal seperti ini telah membias terhadap mereka yang secara tidak langsung menolak perubahan secara halus.
Perubahan harus dilakukan dari kesadaran diri dan rasa empati terhadap kebuthan masyarakat. Ia hadir dari common sense, tapi lahir dari status sosial dan pengakuan publik. Camat, Lurah, RT, RW adalah orang-orang lahir sebagai pemimpin karena dipercaya oleh masyarakat. Mereka bukan sebagai pribadi yang bergerak untuk melakukan perubahan yang muncul dari inisiatif sendiri untuk berkolaborasi demi melakukan perubahan.
Bekerja karena tuntutan, bukan sebuah pemenuhan kebutuhan masyarakat, seperti mereka melakukan perubahan di desa dengan membuat program agar mendapatkan dana dari pemerintah . Bagaimana dengan terjadinya efisiensi anggaran dari pemerintah? Apakah mereka akan melakukan perubahan? Mereka akan menjawab, pemerintah tidak memberikan dana.
Bagi mereka yang mereka memiliki inisiatif akan memiliki cara untuk melakukan perubahan desa. Ia tidak bergantung terhadap dana dari pemerintah. Tipikal orang seperti ini orang yang memiliki kemandirian, memiliki daya tangguh sebagai problem slover. Desa memiliki orang-orang seperti ini. Lalu, apakah Pembangunan desa ada ditangan pemerintah? Desa dibangun atas dasar nilai lokalitas, kesepakatan sosial bersama untuk mempertahankan desa. Desa yang seperti apa yang diinginkan?
Bila ingin memajukkan desa, maka mulailah dengan memanfaatkan aset desa, seperti memberikan peluang kepada warga desa yang memiliki pendidikan, memiliki passion dibidangnya, agar mereka dapat berkontribusi apa pun untuk mendesain perubahan desa. Warga desa harus dipakai SDM agar mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Apakah orang-orang tadi telah memberikan ruang untuk mengekspresikannya? Mungkin saja, ada yang telah dilakukan dan ada yang belum. Ini semua adalah kontribusi bagaimana seseorang berpikir maju. Ada peluang jangka panjang, yang lahir dari inisiatif dari berbagai pengalaman belajar, bahkan terjun secara langsung, yang membuat mereka ingin menerapkan secara langsung pada tempat dimana ia mengenal kehidupan. Orang-orang demikian lebih tegar menghadapi tantangan ketika berperan sebagai changesmaker.
Mereka akan berperan sebagai inisiator dan fasilitator untuk bekerja sama bersama orang-orang yang mendukung perubahan. Orang-orang yang melakukan perubahan bukan siapa-siapa bagi mereka yang memiliki cara berpikir kerdil. Tidak heran peran inisiator dari orang-orang yang memiliki kepedulian untuk melakukan perubahan bukanlah siapa-siapa bagi mereka. Mereka disepelehkan, disbanding-bandingkan dengan orang lain, serta bersikap whistle blowing untuk menjatuhkan orang-orang berniat baik, memiliki inisiatif yang lahir dari dari pergumulan untuk mewujudkann perubahan. Hal ini bukan datang dari status sosial dan kepentingan yang bermuara pada kekuasaan.
Kebiasaan ini menimbulkan cara berpikir dangkal yang berpusat dari suka dan tidak suka. Penilaian subyektif lebih banyak peluang buruk menurut hemat mereka dari pada hal-hal baik yang harus didukung dan diberi ruang untuk mengembangkan melalui kepercayaan untuk melakukan perubahan desa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI