Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

3 Mindset Ini Menolong Saya Menikmati Hidup Bebas dari Utang

7 Agustus 2020   22:31 Diperbarui: 8 Agustus 2020   13:27 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, saya membiasakan diri berbelanja berdasarkan kebutuhan. Termasuk di dalamnya menguji apa yang menjadi motivasi saya ketika berbelanja.

Saya sering bertanya, apakah ketika saya akan berbelanja adalah karena saya senang membeli? Atau apakah saya sedang stres lalu melepaskan stres itu dengan berbelanja? Atau mungkin saja saya membeli sesuatu untuk menyenangkan hati orang lain atau karena tekanan dari orang-orang di sekitar?

Tidak jarang misalnya seorang teman atau keluarga dekat menawarkan sesuatu untuk kita beli. Bisa saja barang yang ditawarkan itu tak pernah masuk dalam list daftar belanja. Namun karena faktor tidak 'enak' tadi, kita pun akhirnya membeli walaupun tak terpakai.

Selagi masih merupakan kebutuhan, saya pikir tidak ada salahnya memberi barang dagangan teman atau keluarga dekat. Selain untuk menolong usahanya, kitapun sebenarnya terbantu karena tidak harus keluar rumah khusus untuk membeli barang-barang tadi.

Namun jika bukan kebutuhan, saya membiasakan diri untuk berani berkata 'tidak', meski resikonya bisa saja disalah mengerti. Namun sekali lagi, karena saya tahu persis kekuatan keuangan saya, maka ini harus saya lakukan demi kestabilan keuangan keluarga di masa mendatang.

Saya selalu belajar untuk membedakan 'berbelanja' karena kebutuhan atau karena keinginan, ketertarikan, kesenangan dan karena sedang punya uang. Jika memang sedang punya uang berlebih, saya lebih memilih menabung untuk keperluan masa depan yang tak terduga.

Termasuk jika suatu saat ada pemasukan tambahan karena kenaikan gaji atau tunjangan. Saya mendisiplinkan diri dengan prinsip bahwa kenaikan pendapatan bukan merupakan alasan untuk meningkatkan perbelanjaan dan gaya hidup.

Ketiga, saya mendidik diri dan keluarga untuk memadukan gaya hidup bersahaja dan mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki. Menurut saya ini sangat penting dilakukan dan telah menolong saya dalam menghadapi godaan berutang yang mungkin secara budaya kini dianggap kewajaran.

Saya membiasakan diri dengan merasa puas pada hal-hal yang telah dianugerahkan Tuhan. Bukan berarti saya tidak luput dari keinginan memiliki ini dan itu.

Tetapi ketika keinginan-keinginan ini muncul, saya biasakan untuk mengkomunikasikannya dalam doa kepada Tuhan yang maha memberi. Tidak jarang setelah berdoa, justru keinginan itu sepertinya Tuhan cabut, dan saya merasa cukup dan damai sejahtera dengan apa yang sudah saya miliki, bukan pada apa yang saya inginkan.

Salah satu tantangan besar seseorang untuk membuat utang adalah gaya hidup. Karena itu, adalah sangat bijaksana untuk masing-masing kita mengenali gaya hidup yang sedang dan akan kita jalani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun