Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

3 Mindset Ini Menolong Saya Menikmati Hidup Bebas dari Utang

7 Agustus 2020   22:31 Diperbarui: 8 Agustus 2020   13:27 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era modern saat ini, sepertinya kehidupan manusia makin erat melekat dengan yang namanya utang dan piutang. Dan bahkan terasa aneh jika ada orang yang hidup tanpa pernah punya utang sama sekali.

Beberapa waktu yang lalu ketika sedang berurusan di sebuah bank, iseng-iseng saya bertanya tentang pamflet yang dipajang di bank tersebut. Isi pamflet tersebut terkait penawaran bank yang memberian bunga khusus bagi para ASN.

Singkat cerita, saya pun diarahkan ke bagian khusus yang mengurusi soal pinjam meminjam ini. Disana, petugas terkait menanyakan identitas pribadi saya dan instansi tempat saya bekerja.

Melalui aplikasi pencarian database, data saya pun langsung terbaca dengan cepat. Dan lucunya, respon pertama yang disampaikan oleh petugas tersebut adalah "Sudah lebih 10 tahun jadi ASN, bapak tidak pernah mengajukan pinjaman bank?", pertanyaan yang  seolah-olah menganggap saya aneh karena tidak pernah mengajukan pinjaman bank.

Soal ASN yang berutang di bank, mungkin sebagian besar kita tidak asing dengan cerita ini. Beberapa teman saya di kantor menggunakan istilah "SK disekolahkan di bank" ketika menyebut sedang punya pinjaman kredit di bank.

Beberapa cerita yang saya dengar, sebagian besar teman-teman ini "menyekolahkan SK" untuk keperluan kredit rumah dan kredit mobil.

Dan sebagian mereka mengaku hampir tidak lagi menerima gaji bulanan karena habis dipotong untuk membayar sejumlah macam cicilan pinjaman.

Terus makan dari mana? Tanya saya sedikit heran. Ternyata untuk keperluan sehari-hari, mereka mengandalkan tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh pemerintah daerah termasuk tunjangan sertifikasi yang cairnya tiap tiga bulan.

Wah, hebat juga ternyata teman-teman ini, terlintas dalam pikiran saya. Bagaimana mungkin mereka bisa survive hidup dengan mengandalkan tunjangan-tunjangan yang bisa saja suatu saat tiba-tiba akan dihentikan.

Seperti cerita di atas, saya memang tidak pernah mengajukan pinjaman apapun ke bank. Saya dididik oleh orangtua yang sepertinya anti dengan berutang di bank. Nasehat-nasehat yang sering saya dengar adalah lebih baik menabung dulu untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Dan prinsip ini sepertinya melekat kuat menjadi mindset saya hingga saat ini.

Namun sebenarnya jika dipikir-pikir, isi tabungan saya tidaklah cukup bisa diandalkan. Bagaimanpun sebagai seorang ASN, penghasilan saya sangat terbatas. Kalau pun mau dibilang lebih dari cukup, ya lebihnya tidak sampai membuat saya jadi kaya raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun