Membuka media sosial membuatku melanglang buana, ke masa kecilku. Gara-gara bermunculan video singkat tontonan masa kanak dulu. Sebut saja Sailormoon, Dragon Ball, Ninja Hatori dan judul lainnya.
Ingin kembali ke masa lalu. Masa yang hanya diisi dengan belajar dan bermain. Sesekali melamun atau mengkhayalkan artis era sembilan puluhan. Tak jarang surat menyurat untuk artis idola, atau membeli poster tokoh film kartun yang akhirnya menghiasi dinding kamar.
Benar-benar membuat rindu masa kecil. Ingin kuulang kembali masa-masa itu. Namun, kurasa itu tak mungkin terjadi. Kalau bisa diulang, maka aku bisa lelah menghadapi masalah demi masalah dari kecil yang sering di-bully teman sekelas. Pembullyan itu membuatku tak akrab dengan teman SD, sampai sekarang. Dan, itu pengalaman yang pahit dan tentu tak ingin kurasakan lagi.
Menginjak usia remaja, aku harus berpikir dan bertindak lebih dewasa daripada teman sebayaku. Ya, demi orang tua yang sudah merasakan kewalahan karena kakak sulungku. Aku belajar untuk tidak mengecewakan orang tua. Berusaha untuk menuruti semua nasihat mereka berdua.
Masuk usia SMA, kedewasaan terus mendarah daging dalam diriku. Aku sama sekali tak memikirkan untuk dekat dengan lawan jenis, sekalipun ada seorang teman yang selalu menemaniku di jam-jam istirahat. Berdiam di kelas.
"Kamu ke kantin saja, Ndi," ucapku kepada Randi, teman yang duduk tepat di depan mejaku. "Nggak usah, aku bawa bekal. Makan di sini saja," jawabnya. Aku sendiri memang jarang jajan, dan tidak bawa bekal juga. Biasanya aku puasa Senin-Kamis.
Tak jarang dia meminjam catatanku, meski aku bukan termasuk siswa pandai di sekolah kami. "Yang penting catatanmu lengkap. Aku nggak bisa nyatet cepet. Kamu yang telaten."
Kedekatan kami itu ternyata terbaca oleh teman-teman seangkatan. Hingga ada ucapan-ucapan yang membuatku tak enak kalau berbincang atau bertemu dengan Randi. Aku benar-benar takut. Ketakutanku itu hanya kupendam sendiri. Aku mulai menjauhinya dan akhirnya benar-benar jauh. Saat ini, kalau aku ingat perlakuanku, aku benar-benar merasa jadi orang yang sangat jahat kepada teman sebaik dia.
Apakah aku ingin mengulang kembali masa SMA? Entahlah! Jikalau iya, aku hanya ingin mengulang pada bagian di mana aku akan bicara baik-baik dengan Randi, akan kurawat persahabatan dengannya sampai kapanpun.
Ke masa-masa kuliah, semua berjalan sebagai mana mestinya. Kuliah terbilang lancar, meski ada masalah dengan teman. Namun, masalah itu tak membuat kuliahku hancur. Bahkan, aku termasuk mahasiswa yang lulus paling awal.
**
Kuputar video Sailormoon entah untuk keberapa kalinya. Membuatku ingin kembali ke masa kecil. Bukan untuk mengulang masa-masa lulus kuliah hingga awal aku bekerja. Masalah pahit dan membuat sakit hati, sekaligus membuat kepercayaan diriku hilang, terjadi pada masa ini.
Berharap kepada lelaki yang tak mungkin dimiliki, hanya membuat tubuh kurus. Belum lagi, saat aku mulai tertarik dengan lelaki lain, Falih, kupupus sebelum semua tumbuh bersemi di hati. Aku sangat takut kalau akan kecewa lagi. Untuk move on sangatlah sulit, jadi lebih baik menarik diri. Sadar diri, siapa aku dan siapa dia sebenarnya.
Pada perkembangannya, datanglah seorang lelaki yang bisa membasuh luka di hati, dengan perhatian kecil, namun cukup berarti. Ya, Fahri, lelaki itu yang memenangkan hati yang semula hancur. Fahri melamarku.
Suatu saat, di sebuah acara.
"Cinta!" kudengar suara lelaki memanggilku, saat aku mengikuti acara di mana ada kekasihku dan teman-teman kerja lainnya. Suara itu adalah suara Falih. Dunia benar-benar seluas daun kelor, Falih berada di tempat yang sama denganku dan Fahri.
Aku tak menghiraukan suara itu. "Kamu berani memanggilku setelah aku bersama Fahri. Dulu-dulu, kamu ngapain saja?" batinku, dengan perasaan kesal.
**
"Kurasa, aku tak perlu mengulang lagi semua yang sudah berlalu. Semua membuat lelah. Waktunya menatap masa depan," ucapku pelan, menatap undangan yang tersemat namaku dan Fahri.
___
Branjang, 15-16 September 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI