Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batas

4 September 2025   22:40 Diperbarui: 4 September 2025   22:54 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: iStock. Credit: awelbel

Seiring berjalannya waktu, hati dan pikiranku lebih terkendali. Akupun lebih santai menjalani hidup dan rumah tangga.

***

Kutepis pikiran yang melanglang buana ke masa lalu. Kutarik nafas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan.

Candaan hangat di waktu istirahat ini kemudian berlanjut dengan obrolan yang menyinggung tentang lelaki yang pernah mengisi hati Hera, Antok. Rumah tangga Hera memang sedang menghadapi badai. Aku sendiri tak terlalu mencampuri urusan mereka. Urusanku sendiri saja sudah berat, jadi tak perlu memikirkan terlalu dalam rumah tangga orang.

"Kamu nyesel, nggak jadi sama Antok?" goda Septi. "Kamu sih, dulu ninggalin. Malah nerima Tyo."

Candaan itu ditanggapi Septi dengan entengnya. "Antok besok lebaran mudik," cerita Hera. "Berarti kamu seneng dong, mau ketemuan sama mantan."

Obrolan seperti itu memang bisa membuatku ikut tertawa. Namun, hatiku gamang dan begitu khawatir kalau pada akhirnya aku malah akan bernasib seperti Septi, menduakan hati. Pasti itu akan melukai hati anak-anak dan keluarga.

"Tidak. Aku harus tahu batasan. Aku sudah menerima Mas Sean tanpa paksaan. Kalaupun dalam perjalanannya Mas Sean tak sesuai ekspektasi, bisa jadi dia juga berpikir hal yang sama tentangku."

**

Sore hari, di rumah. Deru suara motor Mas Sean terdengar. Aku memberikan aba-aba kepada si kecil untuk bersalaman dengan ayahnya.

Dengan berlari kecil, si kecil menghampiri ayahnya, lalu kembali lagi ke ruang keluarga untuk melanjutkan menonton televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun