Kemajuan sebuah bangsa menjadi tanggung jawab bersama. Semua pihak, baik sekolah, orang tua maupun masyarakat harus baju membahu mewujudkannya. Adanya kolaborasi satu pihak dengan pihak lain harus berjalan dengan baik dan berjalan seimbang.
Dari pihak sekolah, tentu saja guru menjadi tumpuan utama dalam memajukan dan meningkatkan kemampuan murid baik dalam hal akademik maupun non-akademik. Dan hal yang paling mencolok dan patut menjadi perhatian adalah kemampuan literasi membaca murid.
Kemampuan literasi membaca para murid memang masih rendah. Saya sendiri menyaksikan setiap hari, murid dalam sebuah kelas atau angkatan, selalu ada yang kurang kemampuan literasi membacanya. Padahal kemampuan memahami semua mata pelajaran sangat bergantung pada kemampuan membaca tadi.
Peran Buku Non-Teks
Buku sendiri memiliki peran yang sangat besar bagi murid, baik buku teks pelajaran maupun buku non-teks. Buku non-teks merupakan buku-buku di luar buku teks pelajaran dan bisa membantu dalam upaya pengembangan sikap, pengetahuan maupun ketrampilan murid.
Secara detail, buku tersebut memiliki peran, pertama, sebagai cermin. Artinya, buku ini memiliki peran untuk membantu murid dalam memahami adat, budaya, nilai, dan tradisi setempat. Diusahakan buku yang disiapkan itu memang mencerminkan keadaan mereka yang terikat oleh wilayah tempat tinggal masing-masing.
Kedua, buku sebagai jendela. Artinya buku ini berperan membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman budaya, tradisi, adat istiadat yang berbeda. Tentu kita ingat bahwa dengan membaca buku maka membuka jendela dunia. Utamanya segala sesuatu di luar wilayah tempat tinggal murid.
Ketiga, buku sebagai pintu geser. Artinya, buku ini berisi cerita fantasi, ilustrasi yang menarik sehingga mengundang imajinasi dan kreativitas murid. Buku yang mengundang imajinasi dan kreativitas ini sudah jelas membuat murid merasa ingin membaca, membaca dan membaca buku sampai bagian akhir buku karena ada rasa penasaran akan isi buku tersebut.
Mengingat pentingnya peran buku non-teks, maka guru harus bisa mendorong murid agar mau meningkatkan kemampuan literasi membacanya.
Yang perlu diketahui bahwa untuk mengatasi kurangnya kemampuan literasi membaca, guru di kelas bawah atau kelas I-III akan berbeda cara menanganinya jika dibandingkan dengan murid kelas atas atau murid kelas IV-VI.