Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado Ulang Tahun untuk Ayah Tupi

26 April 2025   05:43 Diperbarui: 26 April 2025   05:43 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia berpikir lagi. "Apa memberi kacang saja?" pikir Tupi. Lagi-lagi dia gelengkan kepala. "Nggak istimewa! Ayah kan biasa mencari makanan seperti kacang."

Beberapa detik kemudian dia berseru, "ahaaa, aku tahu sekarang!"

Dia ingat pelajaran Bahasa Indonesia kemarin. Bu guru mengajak Tupi dan teman-temannya untuk membuat kartu ucapan dalam rangka peringatan Hari Kartini. Akhirnya Tupi membuat kartu ucapan untuk ayahnya. Hanya saja kalau di sekolah, dia membuat kartu ucapan dengan kertas dan diberi amplop. Nah, karena di rumah tak punya kertas dan amplop seperti di sekolah, Tupi menggunakan daun lebar dan kartu itu digulung lalu diikat dengan rumput.

Gulungan kartu ucapan itu diselipkan pada pohon kenangan yang berada di depan rumah. Pohon kenangan itu menjadi tempat di mana Tupi dan ayahnya bermain saat sore. Oh iya, pohon kenangan itu sangat besar dan ditanam oleh kakek Tupi biar bisa menjadi kenangan bagi Tupi.

***

Sore harinya ayah Tupi sudah berada di bawah pohon kenangan. Sedangkan Tupi baru saja selesai mandi. 

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian rapi, Tupi menyusul ayahnya. Saat keluar dari rumah, ayahnya sedang memegang daun yang tadi digulung dan diselipkan pada pohon kenangan.

"Ayah," panggil Tupi sambil berjalan mendekat. Ayah tersenyum. Matanya berkaca-kaca.

"Terima kasih, Tupi. Ayah sangat suka kadomu ini," ucap Ayah Tupi. Tupi mengangguk. Dia berdiri di depan ayahnya dan memeluk erat. "Maafkan aku, hanya bisa memberi kado ini, Ayah!"

"Kado kamu istimewa, Tupi."

Kemudian mereka merenggangkan pelukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun