"Ibu, aku haus! Huhuuuuu," teriak Citcit, anak Bu Pipit. Bu Pipit tentu sangat sedih karena Citcit mengeluh kehausan.Â
Kejadian itu juga dialami oleh hewan lain yang tinggal di Hutan Hijau. Anak-anak beragam hewan haus dan rewel. Mereka menilai kalau Pak Matahari sekarang pemarah, makanya cuaca jadi panas. Sang ibu tentu sangat sedih dan bingung.
Penduduk Hutan Hijau sudah beberapa bulan merasakan sengatan matahari yang luar biasa. Pepohonan yang diharapkan bisa menyejukkan suasana hutan, tak membantu juga. Pepohonan layu karena kekurangan air. Akibatnya untuk menghasilkan udara segar atau oksigen bagi penduduk hutan juga sulit.
"Kita harus bagaimana?" tanya Pak Kancil.
Penduduk lain saling menatap satu sama lain. Pak Kancil yang biasanya cerdik dan bisa memecahkan masalah, ternyata tidak bisa memberikan solusi.
Penduduk lain seperti Pak Monyet, Pak Gajah dan lainnya berbincang di pos ronda hutan hijau.
"Bagaimana kalau kita minta bantuan Pak Kura-kura? Dia kan bijaksana, sabar dan pandai memberikan pengertian kepada kita. Mungkin dia bisa menemui Pak Matahari, agar Pak Matahari nggak semarah ini kepada kita," usul Pak Monyet.
"Tapi Pak Kura-kura itu sibuk sekali. Dia sering ada acara di tempat kerjanya," ucap Pak Jerapah.
Penduduk yang berkumpul di pos ronda mengiyakan ucapan Pak Jerapah. Pak Kura-kura memang sangat sibuk dan jarang berada di rumah.Â
"Tapi nggak ada salahnya kalau kita menemuinya. Semoga dia bisa berbicara dengan Pak Matahari," ucap Pak Gajah.