Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Sewindu

14 Agustus 2023   21:50 Diperbarui: 14 Agustus 2023   22:02 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu datang lagi setelah sewindu tak bersua. Entah untuk apa kamu temui aku lagi. 

Dari wajahmu, ada sesuatu yang membuatmu galau. Aku masih ingat betul, bagaimana ekspresi wajahmu saat kelas X atau XI, ketika kamu merasakan galau.

"Ada sesuatu yang mau aku bicarakan denganmu," ujarmu pelan setelah menanyakan kabarku.

Aku hanya mengatakan kalau aku baik-baik saja. Tak lebih.

"Lea mau nikah. Tanggal lima belas besok," ceritamu.

Kaget juga saat mendengar kisahmu itu. Kukira antara kamu dan Lea akan berakhir indah. Kukira kisah asmara kalian akan abadi. Ternyata, berkebalikan. Padahal dari kacamataku, kulihat antara kamu dan Lea sangat serasi.

"Bagaimana bisa, Yo?" tanyaku penasaran.

"Selama ini aku berharap kalau aku dan dia bisa melangkah ke jenjang pernikahan. Tapi, dia selalu curiga dan cemburu."

Lalu kamu ceritakan perihal penyebab dari kecurigaan dan kecemburuan Lea. 

"Kelas XII aku kan jadian sama Lea. Tetapi, dia nemuin buku kecil. Di buku itu tertulis nama kamu."

"Buku kecil? Namaku?"

Kamu mengangguk. Kekecewaan sangat tampak di raut wajahmu.

Kuingat lagi masa-masa kelas XI, di mana aku iseng mengambil buku kecilmu. Memang kutemukan coretan tanganmu di sana, kau tuliskan namaku di samping namamu. Sampai saat ini aku tak berniat menanyakan maksud tulisan itu kepadamu. Malah kamu menceritakannya sendiri padaku.

"Masa gara-gara ada tulisan namamu di buku itu, akhirnya menjadi bahan pertengkaran antara aku dan Lea," keluhmu. Kamu ceritakan juga kalau kalian sering putus-nyambung selama ini dan berakhir perpisahan.

"Wajar sih kalau Lea cemburu. Wong ya dia nemuin namaku di bukumu," ujarku sedikit membela Lea.

"Kok kamu malah bela dia sih?"

"Perempuan itu peka, Yo. Makanya kamu nggak usah aneh-aneh."

"Aku kan cuma iseng nulisnya. Nggak ada maksud apa-apa."

Aku tak bermaksud memperpanjang cerita masa SMA itu. Cukup sampai di sini.

"Ya udah. Yang lalu biar berlalu. Sekarang ini kamu maunya gimana, Yo?"

"Aku bingung. Menurutmu gimana?"

Aku menjadi bingung juga. Selama delapan tahun tak tahu kabar kalian, tiba-tiba saja kau mintai pertimbangan seperti itu.

"Aku ingin datang ke pernikahan Lea," kamu utarakan keinginanmu. 

"Aku ingin buktikan kalau tanpanya, aku bahagia," ucapmu kemudian.

Aku tertawa lepas. Bagaimana kamu bisa membuktikan kalau bisa bahagia tanpa Lea, padahal wajahmu tak bisa berbohong kalau kamu patah hati.

"Kalau begitu, kamu buktikan saja. Aku dukung saja, Yo!" seruku.

"Iya. Tapi aku mau minta bantuanmu. Bisa kan?"

"Bantuan?"

"Kamu temani aku ke walimahan Lea ya. Please."

Aku menolak permintaanmu itu. Kalau kusetujui, sama artinya kalau aku menjadi orang ketiga di antara kamu dan Lea selama ini. Sementara aku tak pernah berkomunikasi denganmu selepas naik kelas XII dan lulus SMA. 

"Maafkan aku, Yo. Aku nggak bisa. Kurasa kamu bisa minta bantuan dari orang lain kalau mau mendatangi pernikahan Lea."

Mendengar perkataanku itu, kamu masih saja memintaku untuk mendampingimu ke pernikahan Lea, mantanmu. Entah apa yang ada dalam pikiranmu.

"Kenapa sih kamu nggak bisa bantu aku, Hana?"

Wajar kalau kamu menanyakan itu. Dulu, selama dua tahun saat duduk di bangku SMA aku selalu membantumu dalam keadaan apapun. Kurasa, sekarang tak mungkin lagi.

Belum lagi kujawab pertanyaanmu, dari pintu gerbang kulihat kendaraan mendekat ke arah kami. Sosok lelaki turun dari motor dan melepas helm-nya. Lelaki itu tersenyum manis padaku. Dia mendekat, dan menyalamiku. Segera kukenalkan lelaki itu padamu.

"Kenalkan, Yo. Dia calon suamiku. Bulan depan kami menikah."

Branjang, 12-14 Agustus 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun