Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maafkan Kami, Bu Guru

20 Januari 2023   02:51 Diperbarui: 20 Januari 2023   02:54 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami mendengarkan ucapan perempuan di depan kelas. Perempuan itu adalah guru kami. Bu guru sangat baik, murah senyum, ramah. Tak pernah marah.

Hari ini, Bu guru merasa kalau kami marah dan kesal padanya. Itu dikatakannya, "Kalian ada apa? Kok dikasih pertanyaan malah jawab 'emoh' sambil cemberut? Bu guru salah apa ke kalian?"

Tak ada yang mau menjelaskan permasalahan kami hari ini. Ya sebenarnya sudah beberapa hari kami bertengkar. Permasalahannya sepele. 

Bu guru bertanya kepada Arvel. Arvel hanya mengatakan, "Aku nggak tahu, Bu. Nggak ikut-ikutan".

Begitu juga ketika Bu guru bertanya kepada Vivi yang duduknya berdekatan dengan Vita dan Ayu. Dia menggeleng. Kupandang Ayu dan Vita yang tempat duduknya berhadapan dengan tempat dudukku.

Tak ada keterangan dari mereka. Bu guru menggelengkan dan menghembuskan napas. Sesekali menuju pintu kelas yang terbuka. Mungkin untuk mencari angin segar dan menenangkan diri.

"Oke. Anak-anak, sekarang kalian keluarkan kertas. Tugas kalian menulis peristiwa hari ini yang membuat di antara kalian terlihat marah sama Bu guru!"

Kami mengeluarkan kertas. Menulis apa yang diperintahkan Bu guru. Di antara kami ada yang bingung untuk menuliskannya.

"Aku nggak ikut-ikutan lho, Bu. Kok disuruh menulis juga," protes Arvel.

"Biar Bu guru tahu permasalahan kalian. Kalau kalian seperti ini terus, pelajaran bisa terhambat".

Arvel tetap protes. Begitu juga Muttaqien.

"Sudah. Kalian tulis saja".

Kami menulis peristiwa hari ini yang membuat uring-uringan Ayu dan Vita. Hingga tak mau menjawab pertanyaan Bu guru.

Selesai menuliskannya, Bu guru meminta kami meminta kami untuk mengumpulkannya. Kuserahkan juga ceritaku.

Kelasku yang biasanya ramai, kini menjadi sepi. Bu guru konsentrasi dengan tulisan-tulisan kami. Kudengar juga istighfar dari bibir Bu guru.

Lalu Bu guru mulai menasehati kami.

"Bu guru harap permasalahan segera selesai. Jangan sampai seperti ini terus. Bu guru jadi merasa seperti kalian salahkan. Padahal Bu guru tidak tahu apa-apa," jelas Bu guru.

"Kalau permasalahan kalian karena kipas angin yang dipasang di sebelah barat papan tulis, ya sudah. Lebih baik kalau kalian bergantian tempat duduk, seminggu sekali. Biar nggak merasa iri dan kesal dengan teman. Terus, kalau kalian kesal sama teman, Bu guru jangan sampai jadi sasaran."

Lalu kami ditanya tentang uang kas, masih ada berapa. Bu guru mengusulkan agar uang kas yang tersisa dibagi rata saja. 

Tapi kami minta waktu untuk bermusyawarah. Kami sepakat untuk melanjutkan uang kas, untuk keperluan kami juga. Kami sampaikan setelah kami meminta maaf kepada Bu guru.

"Maafkan kami, Bu guru. Kami yang salah. Kami janji tak mengulangi lagi".

Segera kami memeluknya. Air mataku jatuh, merasa bersalah kepada Bu guru tercinta.

Branjang, 19 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun