Rasanya lelah juga harus membohongi perempuan yang telah melahirkanku, juga melahirkan saudara-saudaraku. Kenapa aku dan saudara-saudara harus berbohong?
Ceritanya panjang. Semua berawal saat asam lambung dan gula darahku naik. Aku pingsan dan harus dibawa ke rumah sakit.
Aku rasa semua pasien yang masuk rumah sakit pasti akan diswab. Dan benar, aku diswab dan hasilnya reaktif. Namun aku isoman di rumah.
Sesuai prosedur protokol kesehatan, semua anggota keluarga di rumah akhirnya diswab juga. Juan, anakku satu-satunya juga reaktif. Aku sempat khawatir karena dia memiliki riwayat asma.Â
Anggota keluarga, ibu dan adik ragilku, Wulan, juga reaktif. Kami berusaha untuk tetap tenang. Terapi uap dengan air panas ditetesi minyak kayu putih kami lakukan.
Dalam perjalanan dan perjuangan kami untuk sembuh, ternyata ibu dan Wulan harus dibawa ke rumah sakit. Sementara keadaanku dan Juan semakin membaik.
Kami terpaksa melepas ibu dan Wulan dibawa ke rumah sakit. Doa benar-benar kami panjatkan kepada Illahi untuk menguatkan ibu dan adik tercinta kami.
O iya. Wulan, adik kami tersayang, sangat berbeda dengan kakak-kakaknya. Dia termasuk anak down syndrom. Pernah bersekolah di SLB sekitar kelurahan. Biasanya dia berangkat ke sekolah bersama tetangga yang juga mengajar di SLB.
Menurut keilmuan, anak down syndrom, usianya tidak akan lama. Namun kami bersyukur, sampai tahun ini dia masih bersamaku dan ibu.Â
Setiap hari, aku dan kakak-kakak menanti kabar dari rumah sakit. Hingga ketakutan dan kekhawatiran kami terjadi.