Tiga belas tahun yang lalu.
Waktu terasa cepat berlalu. Ya... waktu itu perias dengan sigap menyulap wajah biasaku menjadi tak seperti biasanya. Sampai-sampai keponakanku yang baru saja bangun tidur kaget melihat hasil riasannya.
"Dek Na, ini Bulik. Kamu pangling ya?"
Balita yang kini sudah mau SMA menatapku ragu. Lalu mbakku, ibunya, membisiki Na kalau yang ada di hadapannya adalah aku.Â
***
Dag dig dug pasti rasanya pagi itu. Saat perias menyapukan foundation wajah dan entah apa, aku berkomunikasi denganmu. Belum ada BBM atau WA. Masih SMS-an.Â
"Mas Yan sudah dalam perjalanan..." gumamku.
"Iya, mbak. Santai mawon. Sebentar lagi selesai kok."
Mungkin perias itu sudah hapal bagaimana kejiwaan calon manten yang baru dirias.Â
"Kan mbak-e jilbaban. Aku seneng lho kalau merias manten yang berjilbab. Cepet. Dibanding kalau merias yang kejawen gitu..."
Sementara fotografer yang bekerjasama dengan sang perias, menggodaku.Â