"Ibu, ada ambulance di depan rumah pak Khusnun!" Seru Hasna sambil berlari menghampiri ibu.
"Salamnya dulu, Hasna," ibu mengingatkan Hasna untuk mengucapkan salam setelah keluar rumah. Hasna segera mengucapkan salam kepada ibu. Tak lupa cuci tangan menggunakan sabun biar virus dan kuman tidak bersarang di tangannya. Kan sekarang masih masa pandemi covid 19. Jadi harus jaga kebersihan lingkungan dan tubuh.
"Kata Nida, pak Khusnun sakit Corona." Cerita Hasna.
"Oh ya?"
Hasna mengangguk. Lalu meraih gelas berisi air putih yang disiapkan ibu dan meneguknya pelan-pelan.
"Kalau begitu, kita doakan semoga pak Khusnun lekas sembuh."
"Aamiin."
**
"Ibu sedang apa?" Husna memperhatikan ibu yang menyiapkan beberapa jenis sayuran dan susu lalu dimasukkan dalam plastik.
"Ibu menyiapkan sayuran buat keluarga pak Khusnun, Hasna. Besok gantian Bu Yuni yang menyiapkan..."
"Untuk apa, Bu?"
"Ya buat masak Bu Sri. Kan Bu Sri dan mbak Rifa dikarantina. Mereka nggak boleh ke mana-mana kan?"
Hasna mengangguk. Bu Sri itu isteri pak Khusnun dan mbak Rifa itu anak pak Khusnun yang sekarang kelas VII SMP.
"Tapi kan kita harus jaga jarak dengan mereka. Kalau nggak, kan kita bisa ketularan..."
Ibu tersenyum. Diusap kepala Hasna.
"Kamu benar, Hasna. Kita harus jaga jarak dengan mereka. Tetapi kita tidak boleh mengucilkan mereka."
"Maksud ibu?"
"Kita tidak boleh menjauhi dan membenci mereka. Kita harus bantu mereka, biar mereka nggak sedih dan bisa makan makanan yang sehat."
"O iya ya. Kan mereka nggak boleh ke mana-mana."
Ibu segera menenteng plastik berisi sayuran dan susu itu keluar rumah. Hasna menyusul ibu.
"Kamu di rumah saja, Hasna. Ibu yang ke rumah pak Khusnun ya!"
Hasna mengangguk.
"Apa ibu nggak khawatir?" Tanya Hasna ragu-ragu.
"InsyaAllah ibu baik-baik, Hasna. Kan sayurannya ditaruh di gerbang rumah pak Khusnun."
"Oh begitu..."
Hasna mengerti, Bu Sri dan mbak Rifa tidak boleh dibenci tetapi harus didukung dan dibantu biar mereka tidak sedih dan tidak sakit.Â