Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mereka Pahlawan Literasiku

18 Agustus 2019   11:40 Diperbarui: 18 Agustus 2019   11:50 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict: radioidola.com

Berbicara tentang pahlawan seakan tak ada akhirnya. Sebenarnya tak hanya ketika dalam momentum perayaan hari kemerdekaan, pahlawan baru disebut- sebut.

Pahlawan bisa meliputi banyak bidang. Olahraga, kesenian, agama, bela negara, sosial dan sebagainya. Semua orang bisa saja disebut sebagai pahlawan.

Guru, adalah pahlawan yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dari didikannya para siswa bisa baca, tulis, hitung dan meraih cita- cita. Guru adalah inspirator, motivator bagi siswa.

Dua nama guru dari SD yang sangat berkesan yaitu almarhumah Bu Binti dan Bu Khoyim. Bu Binti adalah guru ketika di kelas I. Beliaulah yang melatih baca, tulisku. Jika tak ada beliau, tak mungkin aku bisa menulis rapi. Ya...meski kerapiannya kalah dengan saudara kembaku.

Berkaitan dengan tulis menulis, tahun delapanpuluhan sampai sembilan puluhan sering ada lomba. Kalau tak keliru ada lomba menulis tegak bersambung atau menulis halus. Aku jelas kalah dengan saudara kembarku. Tulisan kembarankulah yang dikirim ke perlombaan itu.

Aku sendiri juga tak iri dengan hal itu. Karena menulis tegak bersambung memang sulit. Bisa terbaca Bu Binti saja sudah Alhamdulillah. 

Bu Binti sering melaporkan kemampuanku dan kembaranku. Beda, begitu cerita bu Binti. Tak apa. Kalau kembar apa harus sama semua? 

Aku sendiri heran. Sejak dulu tak merasa bersaing dengan kembaranku. Aku tak pernah bertanya pada teman lain yang juga kembar. Tapi kupikir juga sama saja.

Meski dalam menulis tegak bersambung lumayan jelek, namun menginjak di kelas atas, kalau tak kelas 4 ya kelas 5, ada seleksi lomba mengarang. Oleh bu Khoyim, guru Bahasa Indonesiaku, aku dan kembaranku diminta menulis karangan dengan batasan tulisan minimal tiga lembar kertas folio bergaris. Namun aku tak ingat, apa temanya. Saking lamanya.

Lalu dari karanganku dan kembaranku, dipilih salah satu yang menurut bu Khoyim sesuai kriteria perlombaan. Aku tak masalah kalau misalnya karangan yang dikirim ke panitia lomba adalah karangan kembaranku.

Namun tak kuduga, karangan yang bisa kubilang benar- benar mengarang, dikirim ke panitia lomba. Aku cukup senang. Entah bagaimana hasil lombanya tak kupikirkan.

Yang kupikirkan saat itu, aku senang bisa mewakili sekolah dalam lomba. Tak lebih dari itu. Dari sekian ratus siswa, hanya karanganku yang dikirimkan. Bukankah itu menyenangkan?

Rupanya lomba mengarang itu nantinya mendorongku lebih menyukai dunia tulis menulis. Meski tak sebagus penulis profesional. Paling tidak aku senang menulis saja.

Kegiatan mengarang pun terhenti ketika SMP. Baru ketika SMA aku kembali menulis cerita pendek. Kakak kelasku pernah membaca juga.

"Bagus, dik. Coba dikirim ke majalah atau koran..."

Komentar mbak Eka waktu itu. Padahal kalau aku baca ulang saat ini, cerpennya jelek banget. Tapi waktu SMA cerpen yang kubuat hanya kutulis dalam buku tulis saja. Maklum tahun 97an belum terlalu banyak orang yang memiliki komputer.

Haha... yang jelas, aku sempat membaca ulang cerpen masa SMA. Meski banyak juga yang hilang. Kalau tak keliru, dulu kalau membuat cerpen selalu ada potongan lagu masa- masa itu. Lagu Kahitna, Java Jive, AB Three. Itu yang biasanya jadi inspirasi.

Sampai saat ini aku senang coret- coret di aplikasi note HP untuk mengisi waktu luangku. Sampai- sampai suami kadang heran juga, aku asyik dengan HP. 

"Beli laptop kok cuma buat cerpen..."

Suamiku berkomentar ketika meminjam laptopku. Data di laptop hanya berisi tulisan- tulisan yang asal kubuat. Padahal sebenarnya data dari laptop yang rusak belum dipindah ke laptop yang baru saja. 

Kalau tak ada Bu Binti dan Bu Khoyim, mungkin aku tak tertarik untuk menulis. Menulis untuk menyalurkan hobi saja. Siapa tahu tulisanku bermanfaat. Hanya itu yang kupikirkan. 

Terimakasih untuk Bu Binti dan Bu Khoyim. Semoga motivasi untuk menulis saat SD dulu bisa menghasilkan tulisan yang bermanfaat dan dari tulisan itu bisa mengalirkan pahala untuk Bu Binti dan Bu Khoyim. Juga untuk guru dari SD, SMP, SMA dan dosen- dosenku. 

--

Juga kuucapkan tak terhingga untuk sahabat yang selalu memotivasiku --- mbak Anis,  mbak Niek, pak Ping, mbak Lina, mas Zaldy, mas Rifan, pak Mara dan nama lain yang tak saya sebutkan semua---.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun