"Ibu, ayah tadi kirim salam buat ibu..."
Husna menyampaikan pesan itu ketika kami merapikan ruang tengah.Â
"Ya. Wa'alaikum salam..."
Kutimpali pesan itu dengan singkat. Lalu Husna membuka HPnya yang baru saja berbunyi. Khusus hari Sabtu dan Minggu, dia kuberi kebebasan untuk memegang HPnya. Asal tak terlalu lama. Kalau terlalu lama, pasti kuperingatkan juga. Nah kalau dia ngeyel, HP pastilah kusita.Â
"Ibu, ini WA dari ayah. Ayah nanyain, salamnya sudah sampai belum. Trus ayah juga tanya, dapat salam balik nggak..."
Hmmm... apa-apaan ayah Husna. Kayak anak remaja saja. Kirim-kirim salam segala.Â
Aku tak menghiraukan pertanyaan ayah Husna lewat Husna itu. Untungnya si ayah meneleponnya, jadi aku tak perlu menanggapinya. Lebih baik kalau aku merapikan taman saja.Â
**
"Ibu, apa ibu nggak sayang ayah? "
Husna menghampiriku yang sedang merapikan bunga. Kuhela nafas. Aku belum menemukan kalimat yang tepat untuk  menjawab pertanyaan Husna.Â
Husna tak juga pergi. Dia seolah menunggu jawabanku. Berat untuk menyampaikan perihal orangtuanya yang berpisah kepada anak seumurannya.Â