Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sebal

22 April 2019   02:04 Diperbarui: 9 November 2019   23:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas kegiatan baksos, tim KKN-PPL kami istirahat di sekretariat. Ngobrol ngalor ngidul. Bercanda bareng-bareng. Tentu aktivitas itu disambi dengan pegang HP. Kecanduan HP benar-benar membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. 

Di tengah-tengah ngerumpi sama temen cewek, aku melihat-lihat foto yang masuk dari WAG. Sambil menyortir dan menghapus data atau gambar yang tak penting. Foto temen perempuannya pun dikirim ke WAG KKN. 

Melihat gaya temannya pas foto bareng pak widi pun tak luput dari penglihatanku. Aku senyum-senyum sendiri. Ya memang dosennya itu masih muda, single, smart-lah. Kalau urusan usia sih aku tak begitu paham. Tapi aku menaksir usianya sekitar enam sampai tujuh tahun di atasku. 

Saking asyiknya melihat foto, menyortir dan menghapusi data di perangkat HP, aku tak sadar kalau tepat di belakangku ada Tio. Tiba-tiba dia berdehem dan langsung merebut HPku. Aku memintanya tapi dia berkelit. Curangnya dia mengangkat lurus tangannya. Jelas aku tak bisa meraihnya. Dia tinggi besar, aku kecil mungil. Kalau aku dan dia berjejer mungkin tinggi badanku tak sampai bahunya. 

"Tio, sini. Kasih HPku...". Dia menjauhiku sambil memegang dan mengutak atik HPku. 

"Alah... pinjem sebentar kenapa.."

Aku mau berteriak saking kesalnya. Dia langsung membungkam mulutku. 

"Tak perlu teriak-teriak gitu. Kayak di hutan saja. Cewek manapun meski cantik tetep nggak kelihatan cantik kalau kayak tarzan. Apa kamu nggak sayang kalau kecantikanmu hilang?", bisiknya sambil menatapku. 

Aku berontak, tapi tangannya semakin kuat membungkam mulutku. Pandangan kami beradu. Pelan-pelan dia melepaskan tangannya. 

"Jangan bikin ilfil lagi, Ra. Oke!", bisiknya lagi. 

"Apaan sih. Sini, Yo. Kasih HPku...", aku masih terus mencoba merebut HPku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun