Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RTC] Celengan Ayam untuk Sahabat

14 Januari 2019   05:22 Diperbarui: 14 Januari 2019   05:22 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini aku termangu. Kedua tanganku memegang sebuah celengan berbentuk ayam dengan warna hijau. Celengan yang sangat bernilai dan berharga bagi santriwati di pondok tempatku berbagi ilmu.

Santriwati itu bernama Nadira. Nama yang sangat singkat tapi cantik dan indah. Nadira masuk asrama pondok ketika berusia 4 tahun.

Waktu itu ada seorang nenek yang datang ke pondok dan menitipkannya kepada pengurus pondok. Dari penuturan sang nenek, orangtua Nadira sudah tiada karena peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sang nenek yang miskin merasa tak bisa merawat Nadira dengan baik. Maklum nenek Nadira adalah pemulung. Meski demikian nenek Nadira sangat taat beribadah.

"Saya tidak bisa merawatnya sendiri, ustadzah. Saya harus memulung sampah. Kasihan kalau Dira ikut memulung sampah. Biar dia di sini. Seminggu sekali saya jenguk dia biar nggak kangen...", Begitu penuturan nenek Dira.

Dan benar, Nadira akhirnya dititipkan di pondok kami. Ada perasaan iba, trenyuh karena anak sekecil itu sudah kehilangan orangtua. Dan kini Dira juga harus ditinggal neneknya karena keterbatasan ekonomi. Meski demikian Dira tetap bahagia karena sang nenek setiap seminggu sekali menjenguknya. Dengan oleh-oleh makanan ringan lima jenis dengan harga seribuan pun sudah membuat Dira kecil melonjak kegirangan.

Adapun mengenai keberadaan orangtuanya belum kami beritahukan kepadanya. Nenek Dira meminta kami merahasiakan dulu sampai dia remaja. Kami hanya menuruti keinginan nenek Dira meski dalam hati kecil kami rasanya juga tak tega.


Kami membiarkan Dira kecil tumbuh dengan riang. Diasuh dan dibesarkan bersama santri-santri lainnya, Dira merasa memiliki banyak saudara. Dira adalah santriwati termuda.

Dira sering mengatakan keinginannya untuk dijenguk orangtuanya seperti santri lainnya. Dira hanya tahu bahwa orangtuanya sedang bekerja di luar negeri.

"Ustadzah, kenapa ayah ibuku belum menjengukku seperti teman-teman ya?", Tanyanya suatu ketika.

"Dira, orangtuamu bekerja di luar negeri kan? Jauh banget dari sini. Sekarang orangtuamu baru mengumpulkan uang untuk menjengukmu di sini...", Jawabku. Setiap dia menanyakan orangtuanya aku rasanya tak tega. Dari tahun ke tahun, Dira mendapatkan jawaban yang sama dariku.

"Kalau begitu aku ingin punya HP, ustadzah. Buat nelpon ayah dan ibu kalau aku kangen...", Ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun