Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kode Salam Sama

18 Desember 2018   10:48 Diperbarui: 18 Desember 2018   10:57 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suamiku yang selalu mengikuti berita politik yang berhubungan dengan Pemilu tahun depan kini bersungut-sungut. Dia kesal bukan main. Apa gerangan yang terjadi?

Anakku masih sekolah di sebuah SD kelas V. Orangtua atau wali siswa dimasukkan dalam sebuah Grup WA Paguyuban Orangtua/ Wali siswa untuk memudahkan koordinasi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran.

Layaknya anak lainnya, anak kami dididik oleh guru yang kami bilang profesional. Metode atau pendekatan pembelajaran yang diterima anakku dan teman-temannya menyenangkan. Dalam berkomunikasi dengan orangtua atau wali siswa pun ramah. Disiplin tinggi. Akibatnya anakku dan teman-temannya sangat menyayangi dan menghormati gurunya itu. Apa saja yang dinasehatkan gurunya pasti dipatuhi.

Suamiku pun memuji kepiawaian guru anakku. Akan tetapi sekarang suamiku agak sensitif. Berawal dari kiriman foto kegiatan anakku dan teman-temannya yang sedang melakukan pembelajaran di luar kelas. Mereka abadikan kegiatan yang menurut anakku sangat seru dan menyenangkan dalam foto.

Mereka tampak bahagia belajar di luar kelas. Anakku sangat terkesan. Tak habis-habisnya dia menceritakan pengalamannya. Akan tetapi ada satu foto kiriman guru Dion, anakku, yang bikin kesal suamiku. Dion dan teman-temannya berfoto ria di hutan kayu putih dengan ekspresi senyum sambil mengangkat dua jari, peace. Itu menjadi awal ketidaksukaan suamiku.

"Itu kampanye namanya, Bu ..", ucapnya padaku dengan gusar.

"Lho pak, dari dulu kalau ada orang foto kan sering mengangkat dua jari to? Sejak kita pacaran lho...", Komentarku untuk menenangkan suamiku.

"Wah...ya tetap nggak boleh kayak gitu. Anak-anak kok diajari politik kayak gitu", gerutu suamiku.

Aku diam saja. Aku sudah hafal dengan karakter suamiku. Kalau punya pendapat kadang sulit didebat, meski kadang salah.
"Wis... Aku mau WA Bu Nita. Aku mau protes", ucap suamiku.

***

Beberapa hari kemudian, dia kembali kesal dengan Dion. Dion mempraktekkan tepuk PPK, salam PPK dan yel-yel kelas. Aktivitas ini sudah sering dilakukannya dari kelas IV dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun