Ibuku belum juga pulang sampai malam-malam begini. Ah kenapa pula juga beliau lama menjenguk Sherly. Kutelepon ibu, tapi tak diangkat. Mungkin saja beliau masih kesal denganku yang tidak mau mengantar ke Wonosari.
Ayah juga menanyakan perihal belum pulangnya ibu.
"Mau ibumu pamit gur arep sedhilit le tilik mantu. Kok durung bali...", (Tadi ibumu pamit sebentar untuk jenguk menantu. Kok belum pulang...).. Kudengar nada khawatir ayahku.
"Mungkin dalam perjalanan, yah.."
Ayah terus resah. Ya aku tahu beliau tak bisa ditinggal dalam waktu lama. Ayah dan ibuku selalu berusaha memberikan contoh hidup rukun kepadaku. Ayah telepon berulang kali tapi tak diangkat.
"Kalau ibumu di perjalanan pasti pegang HP. Kok ini nggak ada respon..."
Di tengah kegalauan ayah, beliau tiba-tiba ingat Pakdhe Yono yang mengantar ibu. Ayah menelepon Pakdhe Yono. Ayah menjauhiku. Dalam urusan telepon memang ayah selalu menerima atau telepon di tempat yang sepi.
Ayah tampak serius bicara dengan Pakdhe Yono. Entah apa yang dibicarakan. Aku tak berani menguping pembicaraan mereka. Sampai akhirnya ayah menutup teleponnya.
Ayah bergegas mencari jaket dan mencari kontak mobil.
"Ayah mau kemana?", Tanyaku hati-hati. Dalam hatiku penasaran dan merasa khawatir. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan ibu. Aku akan merasa sangat bersalah kalau terjadi hal buruk pada ibu.
"Istrimu di Rumah Sakit. Besok dia kuret. Ibumu menemani Sherly...", Terang ayah sambil menuju parkiran mobil.