Sebagai lulusan sekolah IT, jujur saja, saya tidak pernah membayangkan diri saya bakal berkecimpung di dunia properti dan kenotariatan setelah lulus kuliah. Rasanya jauh banget dari bayangan saya soal pekerjaan yang berkutat dengan coding, jaringan, desain, dan dunia digital.
Tapi hidup memang penuh kejutan... Kadang kita justru menemukan potensi dan dinamika baru di tempat yang nggak pernah terlintas sama sekali di benak kita.
Seperti pengalaman yang saya alami sekitar tahun 2012 - 2013 lalu, ketika saya dapat kesempatan bekerja di sebuah perusahaan properti sekaligus di kenotariatan, milik salah satu komisaris perusahaan tempat saya bekerja.
Di situlah pertama kali saya melihat dari dekat bagaimana sebuah hunian dibangun. Bukan cuma fisiknya, tapi juga bagaimana bisnisnya dijalankan, bagaimana strategi pemasaran disusun, dan bagaimana teknologi ternyata bisa sangat berperan di balik layar.
Ya, pengalaman tersebut saya anggap sebagai salah satu guru terbaik yang mengajarkan saya mengenai seluk-beluk pengelolaan aset, strategi pemasaran unit, hingga kompleksitas administrasi jual beli. Semua itu membuka wawasan saya tentang operasional bisnis properti yang sesungguhnya.
Pengembang tempat saya bekerja ini, bisa dibilang masih relatif muda dengan jumlah karyawan yang sangat terbatas. Saya, yang kebetulan menjabat sebagai karyawan IT, harus memutar otak untuk memastikan semua proses pekerjaan berjalan lancar sekaligus mendukung upaya pemasaran.
Saya ingat betul, saat itu saya sengaja membekali diri dengan smartphone dan tablet canggih untuk mendukung mobilitas pekerjaan di kantor maupun lapangan. Namun, ada satu kendala krusial yang membuat semua potensi perangkat itu tidak maksimal, karena koneksi internet yang lambat dan jaringan yang tidak stabil.
Betapa frustasinya saya saat itu. Bayangkan... Untuk mengerjakan pemasaran digital seperti mengunggah materi promosi ke media sosial atau platform properti saja saya harus menunggu lama dan bolak-balik gagal.
Di sisi internal, mengelola data properti, atau berkomunikasi dengan tim di lokasi yang berbeda menjadi sangat sulit. Produktivitas terhambat, dan saya sadar betul bahwa secanggih apapun perangkat yang kita punya, tanpa koneksi internet yang andal, semuanya terasa lebih rumit dan jadi sangat merepotkan.
Pengalaman inilah yang menyadarkan saya betapa krusialnya infrastruktur digital yang solid kalau kita mau mengembangkan bisnis.