Mohon tunggu...
Jonru Ginting
Jonru Ginting Mohon Tunggu... wiraswasta -

Content Writer, Socmed Activist | Penerima penghargaan Super Blog (juara tahunan) di ajang "Internet Sehat Blog Award 2009" | Blog pribadi: www.jonru.com | Twitter: @jonru | Instagram: @jonru | Channel Resmi Telegram: @infojonru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lanjutan "Surat Cinta untuk Darwis Tere Liye"

18 Januari 2014   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:43 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya ini bukan lanjutan. Bukan melanjutkan surat cinta :-) Saya hanya ingin menyampaikan perkembangan terbaru dari "surat cinta" tersebut. Sebagai orang yang sudah mempublish surat tersebut ke ruang publik, tentu saya harus bertanggung jawab untuk mempublish juga jika ada perkembangan barunya. NB: Bagi Anda yang belum tahu soal surat cinta tersebut, silahkan baca di sini. Jadi pagi ini, saya iseng-iseng masuk ke fan page Darwis Tere Liye (DTL). Saya takjub ketika membaca sejumlah komentar buruk (bahkan ada yang isinya menghina) yang ternyata belum dihapus selam lebih dari 14 jam. Berikut salah satu contohnya: Maaf bukan bermaksud provokasi dst lewat gambar di atas. Cuma ingin menunjukkan bahwa komentar seburuh ini ternyata belum dihapus selama 14 jam, Secara pribadi, saya juga tidak suka jika ada orang yang berkomentar dengan cara seperti ini. Saya berharap, ini bukan karena faktor lupa, belum sempat dan sebagainya. Saya akan sangat bahagia bila seseorang bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bukankah sebagai muslim, kita harus seperti itu? Pagi ini, saya sudah menceritakan perkembangan baru tersebut di fan page saya. Silahkan dibaca di sini. Berikut salinannya:

Terlepas dari pro dan kontra seputar "Surat Cinta untuk Darwis Tere Liye" (DTL) yang saya tulis, pagi ini saya merasa sangat gembira karena sepertinya ada dampak positif dari surat saya tersebut. Saya mengecek salah satu status DTL. Di situ saya menemukan sejumlah komentar negatif (bahkan tuduhan kasar) terhadap beliau. Dan ternyata belum dihapus juga setelah 8 jam berlalu. Semoga ini bukan karena faktor lupa, belum sempat, dan sebagainya. Secara pribadi, saya tentu sangat bahagia jika mas DTL berubah menjadi muslim yang lebih baik, mulai terbuka terhadap kritik dan masukan dari pihak lain. Dan itulah yang membuat saya bahagia. Soal caci maki, bully, tuduhan dst yang ditujukan kepada saya, khususnya dari para penggemar DTL, ya biarkan sajalah. Itu sudah resiko dari tindakan saya, dan sudah saya perkiraan sejak awal. Saya hanya ingin berpesan kepada Anda (para penggemar DTL): Mas DTL sering menulis status yang isinya, "Yang harus kita bela mati-matian itu hanya Islam, bukan yang lain." Lha, kenapa sekarang Anda membela DTL mati-matian? Bukankah dengan melakukan hal tersebut, anda telah melanggar nasehat DTL sendiri, orang yang Anda kagumi? Anda mencemooh orang-orang yang - menurur Anda - membela parpol mati-matian. Padahal Anda sendiri juga melakukan hal yang sama terhadap seorang tokoh. Okay, kembali ke laptop: Secara pribadi, jujur saya juga sempat menyesal karena telah menulis "surat cinta" tersebut di ruang publik. Untuk itu, saya akan meminta maaf secara khusus kepada mas DTL. Bahkan kemarin saya sudah memohon ampun kepada Allah jika ternyata yang saya lakukan ternyata keliru. Namun terlepas dari apapun, sungguh perubahan yang terjadi di fan page DTL membuat saya sangat bahagia dan bersyukur. Karena memang itulah tujuan saya ketika menulis "surat cinta" tersebut. Saya percaya, yang bisa membolak-balik hati manusia hanyalah Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha. Karena itu, jika mas DTL memang sudah berubah, saya mengucapkan alhamdulillah. Bersyukur kepada Allah. DIAlah yag yang menentukan semua perubahan dan kebaikan tersebut. Saya hanya wasilah. Dan jika status ini masih juga dikomentar secara negatif, saya masih dibully dst, ya biarkan sajalah. Saya sudah hafal kok, tabiat para haters. Apapun yang kita lakukan, pasti dianggap salah. Hehehehe...

Saya juga sudah minta maaf langsung kepada DTL lewat email. Isinya:

Assallamualaikum, Mas Darwis yang baik... Secara pribadi saya memohon maaf jika tulisan saya di Kompasiana membuat Anda tak berkenan. Niat saya adalah ingin saling menasehati sesama muslim. Memang kita berbeda dalam politik. Tapi bukankah kita masih sama-sama Islam, satu tauhid? Sesama muslim adalah bersaudara. Saya percaya Mas Darwis pun sangat paham hal itu. Insya Allah, niat saya dalam menulis surat tersebut adalah demi kebaikan bersama. Sebab saya sudah sering banget membaca keluhan dari teman2 yang merasa tidak nyaman karena Mas Darwin terlalu gampang menghapus komentar dan memblokir orang2 di fan page Anda. Surat tersebut saya tulis untuk mewakili perasaan mereka. Tapi mungkin cara saya yang keliru, sehingga barangkali Mas Darwis menjadi tak berkenan. Untuk itulah saya meminta maaf lewat email ini. Dan pagi ini, saya membaca salah satu status di fan page antum. Di sana saya menemukan sejumlah komentar negatif (bahkan tuduhan buruk terhadap antum), yang belum dihapus juga selama 8 jam lebih. Semoga ini bukan karena faktor lupa, belum sempat dan sebagainya. Jika hal ini dikarenakan mas Darwis telah berubah, maka saya akan sangat bahagia dan bersyukur kepada Allah. Karena Allahlah yang membolak-balik hati manusia. Kita hanya perantara atau wasilah. Saya tidak merasa bangga atas perubahan mas Darwis tersebut, karena yang bisa merubah hati manusia hanyalah Allah. NB Saya juga sudah menulis versi publk dari permintaan maaf ini di https://www.facebook.com/jonru.page/posts/10152122438829729 Demikian dari saya. Sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya. Salam sukses selalu untuk Anda!

Dan balasan beliau hadir beberapa menit kemudian. Isinya singkat namun sangat menyenangkan:

no problem, sama2 sy jg minta maaf.

139000891534776255
139000891534776255
Alhamdulillah, berarti masalah sudah selesai. Saya merasa sangat bersyukur. Namun bagaimanapun, yang membolak=balik hati manusia hanyalah Allah. Jika DTL setelah ini berubah menjadi lebih baik, atau apapun itu, tentu semuanya karena Allah semata. Saya hanya wasilah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun