Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti 2019

31 Mei 2018   19:11 Diperbarui: 31 Mei 2018   19:30 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: istockphoto.com)

'4. Urat Nadi Ekonomi

Infrastruktur dasar seperti jalan raya, pelabuhan laut/danau/sungai, bandara pesawat, jaringan listrik, yang baik dan terkoneksi dengan baik, itu semua menjadi syarat dasar melangkah ke tahap berikut, yaitu menjadi "produsen global". Kemakmuran suatu Negara bergantung pada apakah Negara itu ikut pada mata rantai jaringan produsen global.

Aksi membangun infrastruktur secara massif tidak seperti menggigit cabe rawit yang langsung terasa pedasnya di lidah. Tetapi dampak dari infrastruktur terlihat setelah selang waktu puluhan tahun. Kemajuan ekonomi China diperoleh setelah duapuluh tahun lebih sejak jor-joran membangun infrastruktur.

Karena berdampak setelah sekian lama, hal itu membuat aksi membangun infrastruktur secara massif tidak berdampak secara politik, terutama di Negara yang dipenuhi oleh politikus yang haus kekuasaan dan bernafsu melanggengkan rezim dan tidak peduli pada masa depan bangsa. Di masa lalu ketika rezim saat itu berutang untuk membiayai subsidi dan BLT, semua diam senang. Ketika rezim berikut berutang untuk membiayai infrastruktur, banyak yang nyinyir dan menghembuskan opini seolah-olah kedaulatan Negara sudah tergadai, Negara akan ambruk akibat utang, dan sebagainya.

'5. Khawatir

Periode pertama rezim sekarang, dengan nyali besar menghapus subsidi dan BLT, menagih pajak sesuai UU, mengalokasikan uang yang banyak untuk membangun infrastruktur dasar, hanya orang dungu yang tidak mau melihat itu. Tetapi itu membuat saya khawatir.

Sedemikian hebatnya serangan ke rezim sekarang, sampai-sampai yang membuat serangan kehilangan akal sehat. Bayangkan, seorang politikus dengan berani mengatakan bahwa jalan di Papua itu hanya hoaks, itu sudah kehilangan akal sehat namanya. Ada tuduhan seolah-olah rezim sekarang sudah menjual 74% lahan Negara ke investor asing, pada hal andaikan 74% itu sesuai fakta, tetapi rezim terdahululah yang memberikan ijin tersebut.

Tetapi terdapat sebuah adagium, bahwa kebohongan yang dikatakan terus menerus secara konsisten dapat berubah menjadi kebenaran di masyarakat. Adagium ini yang membuat saya khawatir. Kekhawatiran saya bukan pada kelanggengan rezim yang sekarang, tetapi saya sangat khawatir terhadap kelanggengan program yang sudah dimulai, kemungkinan besar akan berubah menjadi rongsokan yang jangankan berguna malahan menjadi gangguan.

'6. Saran

Kepada semua yang hendak atau berkeinginan mengganti rezim sekarang, saran dari saya adalah : akui dengan jujur capaian prestasi rezim sekarang, lalu tambahkan hal lain yang masih kurang mendapat perhatian, tambahkan lagi capaian prestasi lainnya yang bisa anda janjikan dan wujudkan.

Kalau anda semua tetap hanya mencari-cari kelemahan rezim sekarang, selain sulit dan terpaksa harus berbohong, itu hanya menghasilkan dua kemungkinan: pertama, anda keok karena rakyat bisa melihat siapa yang sungguh-sungguh. Kedua, kalau anda menang karena satu dan lain hal, Negara ini kembali ke titik nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun