Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Politik Kebencian

7 Desember 2017   10:00 Diperbarui: 7 Desember 2017   10:10 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada macam-macam cara yang dikatakan oleh Bung besar, Bapak Proklamasi, Soekarno, cara untuk mengenal seseorang. Tunjukkan buku yang kau baca, maka aku sebutkan siapa kau, katanya suatu ketika. Di saat lain, Bung besar ini berkata begini :"Tunjukkan musuh-musuhmu, maka aku sebutkan siapa engkau". Bung ini memang penuh retorika dan kosa kata yang mendorong dan memotivasi. 

Berikan padaku seribu pemuda nasionalis, maka aku akan mengguncang dunia, katanya di waktu yang lain di lain tempat. Karena hingga kini bangsa kita belum sanggup mengguncang dunia, berarti jumlah pemuda yang memiliki jiwa nasionalisme yang pekat dan pejal belum mencapai seribu. Begitu?

1. Jalan Meniti Popularitas

Ada dua jalan meniti popularitas. Satu, jalan lewat kecintaan, dua, jalan lewat kebencian.

Saat ini, frase "tunjukkan musuh-musuhmu, maka aku sebutkan siapa engkau", sejumlah politikus memanfaatkan idiom ini dengan sangat lugas dan optimum, tetapi dengan cara yang ironis dan terbalik-balik. Mereka menelisik siapa tokoh yang kinerjanya baik dan populer, lalu menempatkan diri secara total berseberangan dengan sang tokoh idola tersebut. 

Dengan begitu mereka merasa derajatnya naik menjadi setara dengan sang tokoh idola. Populer karena dicintai tentu sangat berbeda dengan populer karena dibenci, tetapi mereka, politikus degil yang kumuh itu, tidaklah perduli wujud kepopuleran itu, yang pokok dan penting adalah populer, pokoke populer. Sulit untuk dicintai banyak orang, butuh kerja keras, kejujuran, dan komitmen. 

Lebih mudah untuk dibenci, dan karena itu menjadi pilihan paling mudah untuk meraih popularitas, jalan yang dipilih oleh manusia politikus yang tidak memiliki kompetensi apa-apa di dalam dirinya, di dalam otaknya, terutama di dalam hatinya.

Pilihan populer lewat jalan kebencian memang mudah dilakoni. Menghina, melecehkan, menganggap remeh, menihilkan rasio, menghapus akal sehat, bersuara tanpa berpikir, pokoknya semua karakter yang tidak memerlukan usaha dari dalam diri, adalah modal penting dalam rangka meniti tangga popularitas di jalan kebencian. Maka banyak juga politikus yang memilih jalan ini, dan banyak juga suara pemilih yang diberikan ke politikus seperti ini, entah kenapa.

2. Peluang yang Sama

Pilihan populer lewat jalan kebencian berpeluang besar, bahkan sering terjadi, memberikan hasil yang sama dengan pilihan populer lewat jalan kecintaan. Misalnya, sama-sama dapat mendudukkan orang di jabatan mentereng dan mewah.

Populer lewat jalan kecintaan itu membutuhkan usaha besar, tenaga ekstra, dan terutama sekali dibutuhkan kejujuran dan ketulusan hati yang sangat dalam, kerelaan berkorban yang sangat tulus, memupus egoisme dari hati, jalan yang sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun