Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

BPA, Seleksi Bahan Berita, dan Pelintiran Informasi

3 Mei 2021   13:20 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:25 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tapi, mungkinkah BPOM keliru? Tentu saja sangat mungkin terjadi. Tetapi untuk mengatakan bahwa hasil kajian BPOM yang ilmiah itu keliru perlu sebuah penelitian ilmiah pula yang menyimpulkan bahwa hasil kajian BPOM keliru. Sampai sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa BPOM keliru dalam hal ini.

Jika pendapat BPOM ini tidak terbantahkan, mestinya, media tidak mengatakan atau tidak memuat lagi berita yang mengatakan bahwa BPA dalam kemasan isi ulang berbahaya untuk kesehatan.

Ringkasnya, jika masih memuat berita yang mengatakan sebaliknya dari pendapat BPOM soal kandungan BPA dalam kemasan guna ulang ini bisa dikategorikan berita bohong, disinformasi, hoax, dan sejenisnya.

Itu syarat berita pertama: apakah ada fakta peristiwa dan dan fakta pendapat pada berita itu.

Syarat kelayakan berita yang minimal yang kedua adalah apakah ada nilai berita "aktual" pada naskah berita itu?.

Jika mencermati berita dalam daftar 42 berita di atas, kita bisa bertanya apakah ada unsur aktual pada berita tersebut? Maksudnya apakah ada fakta baru yang terjadi sehingga berita tentang BPA ini layak diangkat menjadi berita oleh sebuah media?

Unsur aktual itu pada berita terkait dengan isu BPA itu mestinya, misalnya: apakah ada kejadian terbaru yang menunjukkan bahwa ada seorang yang sakit karena BPA yang dikonsumsinya secara jangka panjang? Atau adakah penelitian baru yang membantah penelitian lama yang mengatakan bahwa kandungan BPA dalam kemasan guna ulang masih dalam batas aman? Atau adakah seorang yang dianggap ahli dalam soal BPA memberikan opininya yang berbeda dengan sikap BPOM?

Saya tidak menemukan fakta baru pada 42 berita itu. Semuanya fakta lama, dari narasumber yang sama, bahkan narasumber, belakangan, juga keberatan dengan cara media mengutip pendapatnya.

Tidak ada fakta peristiwa baru tidak ada fakta pendapat baru pada berita tersebut. Jika ada fakta baru pada berita itu, baru ada unsur aktual di dalam isu itu yang layak dikembangkan menjadi berita. Bahkan jika benar-benar ada fakta baru soal ini, saya kira berita soal ini akan menjadi berita besar di seluruh dunia. Pasti viral. Sebab, di seluruh dunia orang menggunakan jenis kemasan/galon guna ulang seperti ini.

Syarat kelayakan berita berikutnya adalah cover both side, atau kemukakan pendapat dari kedua belah pihak yang bertentangan.

Bisa jadi seorang reporter memang mempunyai keyakinan bahwa "BPA berbahaya" dalam kemasan isi ulang atau kemasan guna ulang. Walaupun hal yang aneh (karena tidak percaya pada kajian lembaga resmi seperti BPOM), reporter tersebut harus memuat juga pendapat sebaliknya, yang berbeda dengan keyakinannya. Yaitu, pendapat yang mengatakan bahwa kemasan guna ulang itu aman bagi kesehatan. Sebab, reporter tidak boleh berpihak, atau memasukkan opininya ke dalam berita. Jika satu sisi pendapat berita saja yang dimuat, sejatinya isu itu tidak memenuhi syarat dijadikan berita Ini hal dasar yang diketahui oleh semua reporter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun