Kalau semangat Sumpah Pemuda lahir dari ruang kecil bernama kongres, maka semangat anak muda hari ini lahir dari ribuan ruang yang mereka ciptakan sendiri.
Dari CISV di kancah global, tuntutan 17+8 di jalanan, hingga CC Cup di Menteng---semuanya berangkat dari satu hal: kebersamaan.
 Zamannya berbeda, tapi rohnya sama. Anak muda selalu jadi sumber energi segar bangsa: penuh ide, berani bergerak, dan siap menanggung konsekuensi dari tindakan mereka.
Sejarawan Anhar Gonggong pernah menulis bahwa Sumpah Pemuda bukan kebetulan, tapi hasil dari kesadaran kolektif anak muda. Kini, kesadaran itu harus terus hidup---dalam bentuk kolaborasi, empati, dan kerja nyata di setiap zaman.
Karakter yang Tumbuh dari Kebersamaan
Pernah nggak kamu merasa belajar paling banyak justru bukan di kelas, tapi saat kerja bareng teman? Entah pas ngurus acara, lomba, atau bahkan pas semuanya berantakan tapi kalian tetap kompak.Â
Nah, di situlah karakter tumbuh---bukan dari teori, tapi dari kebersamaan yang nyata.
Di CISV, CC Cup, atau kegiatan sosial lainnya, anak muda belajar hal yang sama: sportivitas, tanggung jawab, solidaritas, toleransi, dan semangat magis---semangat untuk terus melampaui diri. Mereka sadar bahwa keberhasilan nggak pernah datang dari satu orang saja. Selalu ada banyak tangan, banyak suara, dan banyak usaha yang bersatu di balik setiap pencapaian.
Kebersamaan mengajarkan bahwa jadi kuat bukan berarti menonjol, tapi berani berdiri untuk orang lain. Bahwa sukses nggak cuma tentang menang, tapi tentang cara kita menghargai proses dan teman seperjalanan. Tanpa karakter, semua pencapaian terasa kosong. Tapi dengan karakter yang tumbuh dari kebersamaan, anak muda bisa jadi penggerak perubahan---yang nggak cuma hebat sendiri, tapi juga menguatkan orang di sekitarnya.
Penutup: Melangkah Bersama, Melampaui Diri
"Kebersamaan" itu hanya slogan, coba lihat lagi sejarah.
Sumpah Pemuda menyatukan bangsa. CISV menyatukan dunia kecil kita. Gerakan 17+8 menyatukan suara keadilan. Dan CC Cup---menyatukan ribuan anak muda lewat kerja nyata dan kolaborasi lintas sekolah. Semuanya punya satu benang merah: kekuatan terbesar selalu lahir ketika kita bergerak bersama.
Membangun karakter bukan soal nasihat bijak yang kita dengar dari orang lain, tapi tentang ruang untuk belajar bareng, gagal bareng, dan tumbuh bareng. Karena masa depan Indonesia nggak akan ditentukan oleh siapa yang paling cerdas, tapi oleh siapa yang paling setia menjaga kebersamaan.