Komika punya keahlian membangun narasi penonton yang kemudian dipatahkan (punchline). Sementara setiap komika punya sudut pandang melihat fenomena politik untuk dijadikan bahan tertawaan. Dalam dunia Stand Up Comedy Indonesia, politik hanyalah bahan roasting yang sering dibawakan dan mudah dikomedikan. Di kaca mata penikmat Stand Up Comedy, politik adalah hiburan, bukan jabatan yang harus diraih dengan menghalalkan berbagai cara.
Semakin populernya Stand Up Comedy Indonesia membawa dampak positif dan negatif bagi peta politik nasional. Dampak positifnya membuka mata masyarakat tentang pentingnya sadar politik agar tidak mudah dibohongi politikus dan juga dapat mengenalkan kebijakan-kebijakan nonpopoler di ruang publik. Dampak negatifnya adalah meningkatnya golongan putih (golput) akibat sikap apatis terhadap politik praktis.
Pudarnya kepercayaan masyarakat karena komika memberikan argumentasi tentang lucunya politik dan politikus dalam negeri saat menentukan kebijakan, bergaya hidup, dan mengeluarkan pernyataan yang berpotensi dijadikan bahan komedi. Selain media, Stand Up Comedy punya kekuatan untuk berani menyuarakan pendapat yang kritis terhadap pemerintah. Menunjukan tentang eksistensi demokrasi di Indonesia masih ada, meskipun komika banyak yang mengajari bahwa politik Indonesia hanyalah hiburan semata.***