Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kata Siapa Formula E di Jakarta Ramah Lingkungan?

10 Agustus 2021   15:24 Diperbarui: 3 Juni 2022   06:03 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kata Siapa Formula E di Jakarta Ramah Lingkungan? Sumber: photo © Alastair Staley / Michelin  (inside-electric.com)

Seperti diberitakan CNN Indonesia, 9 Agustus 2021, Gubernur DKI Anies Baswedan telah menerbitkan instruksi gubernur no 49 tahun 2021 untuk memastikan penyelenggaraan perlombaan balap mobil listrik atau Formula E pada bulan Juni 2022. Sementara itu beberapa politis PDI-P dan PSI di DPRD DKI mengungkapkan keinginan mereka untuk mengineterpelasi Gubernur Anies terkait rencana penggelaran formula-E tersebut (Kompas 9 Agustus 2021).

Mengutip Beritasatu.com, 14 Februari 2020, Pak Anies pernah mengungkapkan bahwa salah satu manfaat adalah untuk mengirimkan pesan kepada semua bahwa masa depan transportasi adalah "transportasi yang bebas emisi". 

Benarkah demikian? Benarkah mobil listrik, dalam hal ini mobil balap Formula E bebas emisi?

Semua orang tahu bahwa mobil listrik digerakan oleh tenaga listrik yang disimpan di baterai dalam mobil tersebut. Saat bergerak, mobil listrik tidak mengeluarkan emisi, sama seperti alat-alat elektronik lainnya yang tidak mengeluarkan emisi apapun saat beroperasi.

Alat-alat elektronik seperti mobil listrik memang tidak mengeluarkan emisi saat beroperasi, namun demikian listrik yang digunakan dihasilkan oleh pembangkit listrik. Nah di pembangkit listrik inilah emisi itu terjadi, terutama emisi gas asam arang atau karbon dioksida yang merupakan senyawa yang mempercepat efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Naiknya permukaan laut yang mengancam eksistensi koya Jakarta adalah salah satu dampak perubahan iklim yang nyata harus kita hadapi.

Menurut Purwanto (2019), tenaga listrik di Indonesia dewasa ini 56 persennya dibangkitkan dengan tenaga batu-bara, 25 persen oleh pembangkit listrik bertenaga gas alam, 8 persen pembangkit listrik berbahan bakar minyak diesel sementara hanya 11 persen dibangkitkan dengan tenaga air dan panas bumi. 

Dengan masih banyaknya pemakaian batu-bara dalam pembangkitan tenaga listrik saat ini tidak heran kalau pembangkitan listrik di Indonesia secara rata-rata melepaskan 840 gram karbon dioksida untuk setiap kilowatt-jam listrik yang dihasilkan.

Di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali) yang komposisi pembangkit listrik tenaga batu baranya lebih tinggi dari rata-rata Indonesia, tingkat emisi yang dilepaskan lebih tinggi lagi, yaitu sekitar 877 gram CO2 per kilowatt-jam.

Lalu berapa emisi yang dilepaskan oleh sebuah mobil listrik yang melaju di balap mobil Formula-E di sirkuit di Jakarta? Gampang menghitungnya!

Menurut situs resmi FIA Formula-E, rata-rata sebuah mobil balap Formula E akan mengonsumsi sekitar 52 kilowatt-jam enerji listrik selama 45 menit perlombaan. 

Dengan jarak tempuh rata-rata 85 kilometer, maka dapat kita temukan bahwa untuk setiap kilowatt-jamnya sebuah mobil listrik formula E dapat menempuh 1,6 km saja. Dengan kata lain efisiensi baterai mobil listrik formula E adalah 1,6 km per kilowatt-jam.

Jika pembangkitan listrik PLN di jaringan Jakarta melepaskan 877 gram CO2 per kilowatt-jam maka sebuah mobil listrik formula E akan melepaskan 527 gram CO2 per kilometer.

Besarkah emisi CO2 yang dilepaskan mobil listrik itu? Tentu saja besar! 

Mobil listrik berukuran sedan biasa seperti Hyundai Ionic (lihat tulisan otomotif saya Januari yang lalu) yang melaju di jalanan di Jawa "hanya" melepaskan 140 gram CO2 per kilometer. Dengan memperhitungkan juga emisi saat memroduksi BBM, mobil berbahan bakar bensin 1500 cc seperti Toyota Yaris terbaru misalnya "hanya" melepaskan sekitar 150 gram CO2 per kilometernya di jalan bebas hambatan dan Toyota Auris yang berbahan bakar diesel "hanya'' sekitar 170 gram CO2 per kilometernya juga di jalan bebas hambatan (Zuccari, et al., 2018).

Jadi di mana bersihnya kalau mobil listrik formula E yang digadang Pak Anies sebagai ramah lingkungan itu membuang karbon dioksida sampai lebih dari 3,5 kali lebih besar per kilometernya dibandingkan dengan mobil sedan berbahan bakar bensin biasa? Pesan lingkungan apa yang hendak disampaikan? 

Balap mobil formula E seperti mobil listrik pada umumnya akan betul-betul ramah lingkungan jika melaju di daerah di mana pembangkitan listriknya sebagian besar menggunakan enerji terbarukan. Misalnya di Paraguay atau di Laos di mana 70 persen sampai 100 persen tenaga listriknya dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air, atau di Islandia di mana tenaga listriknya nyaris 100 persen dihasilkan dengan tenaga panas bumi.

Di Indonesia bisa juga formula E atau mobil listrik melaju dengan emisi rendah seperti misalnya di Kalimantan Barat atau di Jayapura yang tenaga listriknya sebagian besar dihasilkan dengan tenaga air.

Yang jelas bukan di DKI. Semoga mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun