Mohon tunggu...
Joko Prastio
Joko Prastio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah UNAND

Mencoba Sebisa mungkin "Nothing Impossible in your life"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Surau Seolah Tempat yang Dilupakan

11 September 2021   13:07 Diperbarui: 11 September 2021   13:13 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lain tugas manusia di muka bumi ini adalah sebagai pengurus di muka bumi (Khalifah), beribadah kepada Allah, mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut. Namun dilihat Mereka hanya fokus pada ibadah nya, tapi tidak memerhatikan saudara seiman nya yang tengah kelaparan dekat dengan rumah orang ahli ibadah tersebut.

Tak hanya itu sekarang penulis lihat di daerah ini banyak masjid-masjid megah surau-surau yang telah di Konservasi namun sepi akan isi orang yang beribadah di dalamnya. 

Berbeda dilihat pada dahulu yang mana remaja-remaja nya lah yang meramaikan surau-surau dengan berbagai kegiatan selain beribadah. Sehingga pada saat itu dikatakan sosial kemasyarakatan di kala itu sangat lah tinggi berbeda jauh dengan kondisi sekarang yang ada di lingkungan penulis ini. 

Anak-anak lebih memilih duduk terpaku di depan televisi dirumah menonton acara kesayangannya yang tidak lain tidak bukan didominasi oleh sinetron dengan cerita yang mengumbar kekerasan, gambaran kehidupan mewah penuh tipu muslihat, tingkah laku yang tidak sopan kepada orangtua, fenomena mistik, kehidupan selingkuh dan gosip kehidupan bebas tanpa batas para selebritis.

Berita-berita kriminal yang menjadi inspirasi/mendorong perbuatan jahat serta materi acara lainnya yang jauh dari nuansa keagamaan dan pendidikan yang baik bagi perkembangan jiwa anak.

Ironisnya lagi kebanyakan orang tua sekarang tidak banyak yang peduli dan sadar akan bencana degradasi moral yang melingkari lingkungannya, mereka terhipnotis dengan sajian-sajian yang menghibur tetapi meracuni jiwa dan moral generasi muda, kebanyakan orang tua saat ini sangat buta dengan fenomena ini. 

Mungkinkah para anak-anak kita yang jauh dari kehidupan surau dan disuapi dengan tontonan yang tidak mendidik dapat mengisi, meramaikan dan memuliakan surau, mungkinkah mereka dapat mengembalikan citra ranah minang sebagai gudang para ulama, gudang para pemikir, gudang budayawan, gudang para pemimpin bangsa dimasa datang?

Perjalanan waktu dan peredaran zamanlah yang akan mejawab, paling tidak akan butuh waktu 15 atau 30 tahun kedepan baru dapat merasakan dampaknya.

Memang, untuk kembali kepada situasi surau di zaman dulu rasanya juga kurang pas dihadapkan dengan kondisi sekarang. Orangtua mana saat ini yang merelakan anak remajanya tidur di surau (rasanya sulit dibayangkan). 

Tetapi paling tidak penulis berharap sekarang adalah bagaimana surau kembali dijadikan tempat belajar dan diskusi agama bagi para remaja/masyarakat Minangkabau umumnya serta setiap jadwal shalat surau ramai dengan jamaah. 

Disamping itu juga surau kembali dapat digunakan sebagai tempat pengembangan adat dan budaya minangkabau, sesuai dengan semboyan Urang Minang "Adaik basandi sarak, sarak basandi Kitabullah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun