Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Meredam Ancaman Resesi Global ala Petani Pisang

30 Juni 2022   14:39 Diperbarui: 1 Juli 2022   08:00 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meredam ancaman resesi global di Indonesia dengan menguatkan perekonomian dalam negeri. Sumber: Shutterstock/David Carillet via Kompas.com

Pagi ini bapak saya tidak jadi pergi berjualan pisang ke pasar. Menurut beliau, lebih baik dikonsumsi sendiri saja. Apalagi, akhir-akhir ini tidak semua pohon pisang bapak berbuah.

Sambil menyeduh kopi hangat, sejumlah curhatan nyaring bapak terhidang kepada saya. Meski terasa pedih. Pasar tidak lagi ramai seperti dulu. Saat saya masih kecil, pasar adalah keramaian tempat ekonomi bergulir dan wahana bagi petani serta pedagang mengadu nasib. 

Kini, dengungan dan gemah pasar tidak lagi terdengar. Kalaupun terdengar, hanya tersisa bising kendaraan melintas tanpa muatan benih-benih putaran ekonomi masyarakat di dalamnya.

Di tengah cuaca yang tidak menentu, sangat jarang pelepah pisang bapak berbuah. Dengan nada penuh kesabaran, bapak hanya bergumam, ini hanya musim yang sedikit bergeser, tidak sampai tergusur. Walaupun di samping kesabarannya, hati saya tersayat karena benih-benih ekonomi bapak kian meredup.

Melihat situasi yang tidak menentu saat ini, saya jadi membayangkan bagaimana kiranya ketika negara ini menghadapi kesulitan ekonomi. Pasti ekonomi keluarga kami lambat laun akan terdampak pula. 

Di samping ekonomi dalam negeri yang belum benar-benar pulih, ancaman resesi global akibat krisis energi dan pangan kelak hinggap ke negara ini. 

Baru-baru ini, saya menyaksikan titik nadir ekonomi dunia, Amerika Serikat yang digadang sebagai negara kuat beberapa waktu lalu inflasinya telah mencapi 8,6 persen. 

Pertumbuhan ekonomi dunia terbaru terpaksa direvisi IMF dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen. Pun, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa, oleh OECD dicoret dari 4,5 persen menjadi 3,0 persen saja.

Tak dimungkiri bahwa petani saat ini dalam situasi sulit. Sebagaimana bapak saya yang kurang bersemangat dalam menjual pisang di samping produksi pisangnya yang tak seberapa. Jadinya, mending dikonsumsi sendiri, minimal tidak sampai kelaparan.

Hal serupa namun tidak persis, negara ini ternyata senasib dengan bapak saya. Badan Pusat Statistik menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I hanya tumbuh 5,01 persen (year on year). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun