Mohon tunggu...
Johan G.M Pardede
Johan G.M Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Asliii

Selalu memandang masalah secara objektif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengenal Lebih Dekat Luhut Panjaitan, "Tangan Kanan" Jokowi

28 September 2020   15:52 Diperbarui: 28 September 2020   16:02 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini Presiden Jokowi menunjuk Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan untuk menekan laju penularan corona di sembilan provinsi penyumbang terbanyak penderita Covid. 

Diharapkan penunjukkan terhadap beliau mampu meminimalisir penderita Covid dalam dua minggu ke depan. Sontak banyak pro dan kontra yang mengiringi penunjukkan beliau.

Bagi yang pro mereka beralasan jejaring Luhut mampu mengatasi permasalahan dengan lebih mudah sementara bagi yang kontra mereka beranggapan bahwa tidak ada sangkut paut antara Menteri Koordinator Maritim dan Investasi dengan penyebaran Covid sehingga mestinya Menteri Kesehatan yang ditunjuk untuk menurunkan angka penderita Covid.

Sepak Terjang

Berbicara mengenai penunjukkan Luhut sebagai Menko Marves tidak lepas dari pengalamannya yang segudang. Tercatat jenderal kelahiran Silaen, Kabupaten Toba pada tanggal 28 September 1947 ini sudah mulai menunjukkan kecemelangannya semenjak usia muda. Beliau yang merupakan lulusan akademi militer tahun 1970 mampu menyabet penghargaan Adhi Makayasa atau lazim disebut lulusan terbaik.

Pencapaian tersebut tentu sangat prestisius, sebab orang yang berhasil memperoleh penghargaan itu dipandang mempunyai kecakapan dalam jasmani, intelektual dan kepemimpinan. Selain Luhut, Presiden SBY dan Moeldoko juga mampu menyabet penghargaan itu.

Selepas lulus dari Akademi Militer beliau ditempatkan di kesatuan RPKAD atau yang sekarang disebut Koppasus. Di situ kecermelangannya terus bersinar. Oleh sebabnya Benny Moerdhani menunjuk beliau dan Prabowo untuk membentuk satuan teror. Mereka berdua disekolahkan di Jerman dan segera menjabat sebagai komandan dan wakil komandan pertama Sat/Gultor 81. Kelak dari situ dia disebut sebagai Golden Boy Benny Moerdani.

Sewaktu bintang Moerdani cemerlang, pamor Luhut juga menanjak. Sepengakuan Luhut sendiri, dia sering bertemu dengan Moerdhani dan terkadang membuat senior-seniornya iri kepadanya. 

Tapi layaknya roda berputar perlahan pamor Moerdani mulai terpental disebabkan oleh "nasehatnya" kepada Soeharto mengenai kerajaan bisnis anak-anaknya. Perlahan-lahan juga dia mulai disingkirkan. Dan terjadi pula kegiatan de-bennyisasi. Para loyalis maupun orang yang dekat dengan Benny di-petieskan.

Luhut yang memiliki sederet prestasi akhirnya tak mampu menggapai cita-citanya sebagai KSAD, bahkan sebagai Pangdam pun tidak pernah diembannya. Tercatat beliaupun pensiun dengan pangkat bintang tiga.

Namun roda kehidupannya pun perlahan berbalik. Semua berawal dari penunjukkannya sebagai Dubes di Singapura oleh Habibie. Di sana dia mulai mendapatkan banyak jejaring bisnis, sehingga dia nantinya mampu mendirikan perusahaan dengan total kekayaan lebih dari 500 milyar per saat ini. Sesudah terpilihnya Gus Dur sebagai presiden diapun ditarik kembali ke Indonesia.

Sempat pada waktu itu terbuka asa kalau beliau akan diangkat sebagai KSAD. Rupanya beliau diangkat sebagai menteri perindustrian dan perdagangan dan bintang di pundaknyapun genap menjadi empat. N

amun saat terpentalnya Gus Dur dari kursi kepresidenan, beliau menolak kursi menteri di kabinet pemerintahan setelahnya sebagai bukti solidaritas kepada Gus Dur. Dan beberapa tahun kemudian namanya tidak terdengar dalam jagad perpolitikan tanah air.

Kala itu dia meluangkan waktunya untuk mengurus Yayasan Del yang menaungi kampus IT DEL di Sitoluama, Laguboti serta kelak juga membentuk SMA Unggul DEL di lokasi yang berdekatan, persisnya di Kabupaten Toba. Sekolah yang didirikannya tersebut didirikan atas dasar tanggungjawabnya pada kampung halamannya.

Setelah vakum beberapa lama dari politik, Luhut seakan bola bandul yang jatuh ke bawah untuk segera mengambil ancang-ancang ke tempat yang lebih tinggi. 

Dengan terpilihnya Jokowi sebagai presiden, dia diangkat di dalam berbagai jabatan yang mentereng seperti Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Menkopulhukan, Menko Maritim, dan Menko Maritim dan Investasi. Karena "sangarnya" jabatan-jabatan yang diemban beliau maka tak ayal dia disebut sebagai tangan kanan Presiden Jokowi.

Di ulang tahunnya yang ke 73 ini semoga dengan ragam pengalaman yang telah dimilikinya mampu membawa negara Indonesia ke arah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun