Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Asmara Kitab Kuning

19 April 2020   16:30 Diperbarui: 20 April 2020   20:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah kampung ada seorang pemuda, namanya Dolah Dolah menaruh hati pada seorang wanita shalehah bernama Rabumah. Tapi si Dolah tidak tau bagaimana caranya agar bisa mendekati si Rabumah. Jangankan bincang-bincang, bertemu saja sulit. Ini karena Rabumah adalah anak seorang Ulama (Tengku/Kyai) yang sangat disegani di kampung itu, sehingga orang menaruh hormat dan sangat segan kepadanya.

Sang Kyai tidak mengizinkan putrinya untuk bergaul bebas atau berpacaran. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan putrinya adalah dengan langsung melamarnya. Itu pun dengan syarat yang ditetapkan oleh si Kyai ini, yakni calon suaminya harus menguasai kitab Ta'lim Muta'allimin karya Syekh Burhanuddin Az-Zurjani.

Banyak pemuda yang berhasrat melamar putrinya yang cantik dan shalehah itu, tapi karena persyaratannya berat, lalu mundur dengan teratur. Si Dolah juga demikian, apalagi dia hanya lulusan S1 fakultas teknik, nggak nyambung dengan kitab pesantren. Tapi keinginannya untuk melamar putri si Kyai tidak ciut. Dia yakin pasti ada cara untuk mendapatkannya.

 Dalam suasana agak bingung ini, berjumpalah dia dengan salah seorang teman karib dulu waktu kecil yang  sering dipanggilnya Otol. Temannya ini kebetulan lulusan pesantren ternama dan sudah menjadi ustadz. 'wah pas kali, aku bisa belajar kitab dengan kamu', katanya sambil menceritakan tujuan ingin melamar putri sang Kyai.

'Kalau tujuanmu hanya ingin memenuhi syarat itu saja, aku punya cara yang ringkas bagaimana caranya cepat menguasai kitab yang kamu maksud', kata temannya. 'Bagaimana caranya', si Dolah penasaran. Temannya lalu membisikkan; 'aku punya do'a bagaimana supaya kamu cepat ingat kalau menghafal kitab itu, dan aku akan berikan, pokoknya dijamin kamu pasti bisa dengan cepat menguasainya'. Dolah seakan tidak percaya; 'ini betul Tol?' Temannya menimpali; 'Ya betullah, saya kan tidak pernah bercanda'.

Singkat cerita do'a itu diajarkan dan si Dolah mengamalkannya. Memang terbukti dalam tempo sekitar seminggu, Dolah dapat menguasai kitab itu dengan mudah. Dolah kesenangan dan ingin cepat-cepat mempersiapkan diri untuk melamar putri sang Kyai dengan syarat yang sudah dikuasainya.

Bismillah, dengan gagah Dolah mengajak sang Ibu untuk pergi ke rumah Kyai untuk melamar si Rabumah. Asslamu'alaikum, lalu dijawab dari dalam; 'walaikum salam', kebetulan Kyainya ada di rumah. Setelah bersalaman lalu Dolah dan si Ibu dipersilahkan duduk. Sebagai juru bicara, ibunya pun mengutarakan keinginan anaknya untuk melamar si Rabumah. Silahkan kata Kyai tapi dengan syarat yang saya tetapkan dan mungkin kamu sudah tau, katanya pada si Dolah.

Sang Kyai tanya; 'kamu dulu di pesantren mana? 'eh anu Pak, bukan saya Cuma lulusan S1 Teknik Sipil' kata Dolah dengan rasa gugup. Memang bisa baca kitab kuning? 'Insya Allah Yai, bisa', jawab Dolah. 'Kalau begitu siap-siap saya uji', tambah Kyai.

Dolah pun siap-siap, tidak sabar ingin diuji. Tapi apa yang terjadi? Sang Kyai sama sekali tidak mempersilahkannya membaca kita Ta'lim, tapi kitab al-Jurumiyah. Keringat dingin Dolah mulai keluar karena dia sama sekali tidak pernah belajar kitab ini, padahal kalau di pesantren ini adalah kitab dasarnya.

Dolah berkata dengan nada gemetar; 'Maaf Yai, saya tidak bisa, kecuali kitab Ta'lim Muta'allimin'. Sang Kyai heran, kok Ta'limnya dikuasai sementara al-Jurumiyahnya tidak. Akhirnya Dolah pun berterus terang kepada si Kyai bagaimana dia sampai seperti itu, karena keinginannya ingin mempersunting si Rabumah. Sang Kyai tidak marah, malahan senyum melihat tingkah si Dolah yang polos. Sang Kyai tau betul kalau si Dolah anak yang baik.

Sang Kyai pun kemudian memberikan beberapa nasehat dan hikmah pada si Dolah. Pertama, nak untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan itu semua harus berproses, tidak bisa sin salabin, didapatkan begitu saja. Kedua, ilmu yang kamu dapat dengan cara seperti itu, tentu tidak kamu pahami apa maksud dan tujuannya. Lagi pula ilmu itu bukan untuk dihafal, tapi dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun