Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meniru Politik Tuhan

25 April 2017   05:48 Diperbarui: 25 April 2017   17:00 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi, jangan pula terjebak dan salah paham kalau pengabdian pada Allah itu tidak penting, toh Dia sudah menjamin rejeki setiap hamba-Nya. Yang jelas, harus disadari bahwa materi itu sangatlah kecil bagi Allah untuk dilimpahkan kepada manusia dan makhluk lainnya. Aspek substantif lain yang kemudian sangat penting adalah aspek keimanan sebagai rejeki batin. Itulah rejeki yang paling bernilai bagi manusia, jadi bukan rejeki materi.

Apa yang ingin penulis tegaskan adalah bahwa kekuasaan pada hakikatnya bukanlah sekedar untuk orang yang mau berada dalam bingkai kesepadanan dengan kita, melainkan juga untuk orang yang membenci dan menentang kita. Kelihatannya paradigma politik model ini sulit diamini dan diamalkan oleh para calon Gubernur maupun Bupati kita. Fakta di lapangan telah berbicara dengan sejujur-jujurnya, bahwa yang namanya kelompok terkalahkan dalam perhelatan pilkada akan tersisih dan dipandang sebelah mata oleh kelompok pemenang.

            Pembangunan di sebuah wilayah sering kali terlihat lamban, jalan transfortasi kelihatan tidak terurus, bantuan juga tersendat-sendat, ditambah dengan permasalahan-permasalahan lainnya. Setelah ditelusri mengapa daerah tersebut demikian tak diperdulikan? Jawabannya tidak lain disebabkan karena masyarakat sekitar mendukung calon yang kalah sehingga penguasa yang menjadi pemenang yang sebelumnya tidak didukung masyarakat tersebut merasa benci dengan mereka sehingga apapun permasalahan di wilayah tersebut sering kali diabaikan.

             Politik di pilkada adalah rekayasa sosial manusia. Idealnya dimaksudkan untuk melahirkan kepemimpinan yang bijaksana dan sistem pemerintahan yang berkemajuan. hal ini akan menjadi utopia manakala politik yang dibangun berdasarkan nilai-nilai politik ‘aji mumpung’ dan politik balas jasa, sekaligus balas dendam terhadap lawan politik. Politik akan lahir sebagai kebijakan sebagaimana makna ideanya jika dibangun berdasarkan nilai-nilai ke-Tuhanan dan kemanusiaan sejati; menafikan perbedaan pandangan, merangkul yang kalah, dan mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi dan golongan. Semoga.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun