John terdiam. John hanya memandang Mama Aya dan Ann, yang masih bernyanyi sambil berjalan, membunyikan jes jes jes dan tutu tut tut, seperti bunyi suara kereta api. John berusaha mencerna dan memahami apa yang dikatakan papa Mathew.
***
Berty dan ibu Sisca sedang mengeluarkan ikan-ikan dari jala. Pak Markus mengeluarkan air yang masuk kedalam perahu. Rumah Berty ditepi pantai, sangat strategis dengan pekerjaan pak Markus sebagai nelayan. "Mama, biar Ahmad tinggal dengan kita ya."
"Mama minta maaf, Berty. Mama sudah berusaha membicarakan ini dengan Oma. Tapi, ose tahu sendiri kan?!"
"Kenapa, Non?" Pak Markus duduk didalam perahu, menolong ibu Sisca dan Berty yang sedang memasukan ikan.
"Berty mau Ahmad tinggal dengan kita. Beta sudah berusaha bicara baik-baik dengan mama. Tapi, ose tahu jua kita punya keadaan, Nyong..."
Pak Markus memegang tangan Berty. "Papa mau Ahmad bisa tinggal dengan kita, Berty. Tapi, kita saja masih menumpang tinggal di rumah Oma dan Opa. Oom Mesakh dan isterinya juga tinggal dengan Opa dan Oma. Jadi, Berty mengerti keadaan keluarga kan? Papa bisa kasih ikan setiap dapat hasil tangkapan ikan buat keluarga Ahmad. Tapi, kamar... Sio, Berty. Papa juga masih menumpang...."
"Iya, Papa..." Berty memeluk pak Markus dan menangis dipelukannya. Sifat pak Markus yang lembut, setia dan sabar. Sebenarnya, sifat itu juga yang diturunkan kepada Berty. Tetapi, Berty pun sadar. Apa yang dikatakan pak Markus benar.
***
"Beta minta maaf, sobat. Beta rumah sempit." Delon menggelengkan kepalanya.
"Beta rumah besar, Ahmad bisa tinggal di beta rumah. Tapi, beta tidak punya saudara laki-laki buat berteman Ahmad. Beta tidak yakin, Ahmad akan betah tinggal di beta rumah." Nona berkata kepada sahabat-sahabatnya.