Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Lima Tips Mencari Penerbit

20 Mei 2012   19:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:03 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337561712424756359

[caption id="attachment_189444" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Jika mau bersikap jujur, semua penulis pasti berkeinginan agar tulisan-tulisannya dapat dibukukan. Jika sekadar berbentuk lembaran naskah, tentu kebermanfaatannya kurang. Setidaknya perawatannya menjadi lebih sulit. Naskah itu mudah hilang atau kotor atau terkena virus. Jika naskah itu kurang bernilai, tentu penulis tidak merasa begitu kehilangan. Namun, penulis akan menyesali keteledorannya yang teramat sangat jika naskah itu begitu pentingnya. Di kompasiana, para penulis telah menorehkan sejarah. Para penulis telah menunjukkan karya terbaik. Setidaknya, karya itu mendapat respon dari pembaca. Dan itu dapat dijadikan ukuran kualitas tulisannya. Maka, teramat disayangkan jika naskah itu hanya menjadi arsip atau tersimpan. Alangkah baiknya jika tulisan-tulisan itu ditawarkan kepada penerbit. Saya yakin 100% bahwa penerbit akan tertarik untuk menerbitkan buku itu. Jika peluang itu berada di depan mata, mengapa kita tidak mencobanya? Bagi penulis buku pemula, tentu dirinya akan merasa canggung atau malu. Penulis merasa bahwa naskahnya kurang bagus. Anggapan itu tentu akan berdampak pada rasa percaya diri. Penulis menjadi enggan untuk mencoba menggali informasi penerbit. Dan jika rasa itu terus dipelihara, penulis itu sudah menciptakan kegagalan baginya. Maka, seorang calon penulis harus mempunyai keyakinan dan keteguhan hati bahwa naskahnya adalah naskah terbaik. Rasa kebanggaan itu akan berdampak positif ketika naskah itu ditawarkan kepada penerbit. Setiap penerbit pasti mewawancarai atau menanyakan kelebihan naskah penulis. Penerbit akan menyukai tulisan-tulisan inspiratif, berisi, dan sarat manfaat. Bukan sekadar tulisan yang berisi keluh kesah atau rasa diri. Berkenaan dengan kondisi demikian, saya akan berbagi tips tentang strategi atau teknik menawarkan naskah kepada penerbit. Teramat kebetulan, dua jenis tulisanku di kompasiana dilirik penerbit untuk dijadikan buku. Dua jenis itu adalah opiniku tentang dunia pendidikan dan artikel tentang teknik penulisan buku. Ada lima tips yang perlu diperhatikan para penulis untuk menawarkan tulisannya, yaitu: 1. Perhatikan jenis produk buku yang dihasilkan penerbit. Setiap penerbit sudah mempunyai ciri khusus tentang produknya. Apakah penerbit itu menerbitkan buku sekolah, buku bahan ajar, buku life skill, atau buku-buku motivasi? Ketepatan pemilihan penerbit akan menjadi awal kesuksesan penulis. 2. Susunlah tulisan dalam bentuk mind set yang apik dan unik. Maksudnya, buatlah kerangka buku yang berbentuk daftar isi. Kerangka alur pengembangan dan materi akan menjadi daya tarik pihak editor ketika membaca tulisan kita. Editor penerbit belum perlu membaca keseluruhan isi. Biasanya editor cukup memperhatikan kemahiran penulis dengan membaca kerangka buku yang disusunnya. 3. Berikanlah gambaran atau deskripsi kelebihan buku secara komprehensif. Yakinkanlah bahwa naskah kita adalah naskah terbaik. Jarang ada naskah buku sebagaimana tulisan kita. Penulis harus meyakini naskahnya dan meyakinkan penerbit disertai dengan data-data. Maka, akan lebih baik jika penulis menggunakan beberapa contoh buku lain sebagai pembanding. 4. Berikanlah hard copy atau cetakan. Hendaknya penulis berhati-hati. Sebaiknya penulis memberikan naskah cetakan dan bukan soft copy. Mengapa? Karena ada juga beberapa penerbit nakal. Karena keteledoran penulis dengan memberikan soft copy, penerbit kadang mengubah nama penulis tanpa pemberitahuan. Oleh karena itu, mintalah bukti penerimaan naskah yang diberi stempel perusahaan atau penerbit. Bukti penerimaan itu dapat digunakan untuk menjadi barang bukti jika terjadi masalah di kemudian hari (mudah-mudahan tidak, ya) 5. Rajin-rajinlah bersilaturahmi dengan penulis senior. Gemarlah berdiskusi dengannya. Mintalah saran dan nasihatnya atas kualitas tulisan kita. Terimalah kritikan atau sarannya dengan senang hati. Hendaknya calon penulis buku menjauhi sikap resisten atau kebal kritik. Dari perhatian penulis senior itulah, penulis pemula akan mulai mendapatkan angin segar menuju penulis profesional. Sebenarnya saya telah menuliskan cukup banyak tips yang berhubungan dengan penerbit. Namun, ternyata masih banyak rekan-rekan menanyakannya melalui email atau inbox. Oleh karena itu, mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi jawaban karena saya tidak mungkin membalas pesan-pesan satu persatu. Semoga sekadar tulisan ini bermanfaat. Amin. Terima kasih. Teriring salam, Johan Wahyudi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun