Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelisik Makna Pidato Nadiem Anwar Makarim

26 November 2019   09:34 Diperbarui: 26 November 2019   09:47 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pidato mendikbud.topik pilihan K(sumber:kompasiana.com)

Pidato Mendikbud Nadiem Anwar Makarim pada acara peringatan Hari Guru Nasional menuai tanggapan pro dan kontra publik. Pihak yang pro menilai pidato dua halaman ini perlu di apresiasi sebagai suatu model pembaharuan sederhana di bidang pendidikan. Mengandung spirit kemerdekaan belajar dan kepedulian pemerintah terhadap kesulitan yang sering dialami para guru.

Disisi lain, pidato ini hanyalah suatu jargon belaka yang tren dalam medsos dengan tagar "merdeka belajar".  Konsepsi pidato ini dinilai pesimis pihak tertentu bahkan di nilai dan dipertanyakan akan menghilangkan pendidikan karakter murid.

Saya menilai pidato Medikbud ini tersirat suatu keinginan pemerintah melakukan perubahan di aspek proses belajar mengajar. Mendikbud menyarankan agar para guru melakukan perubahan-perubahan kecil di kelas-kelas mereka. Kalau saran ini muncul artinya pihak kementerian menemukan sesuatu model pembelajaran di kelas yang memerlukan pembenahan.

Barangkali masih terjadi sistem pengekangan terhadap murid dan guru dalam proses belajar mengajar. Misalnya praktek yang tidak berpihak terhadap peserta didik. Anak di tuntut belajar secara mandiri namun untuk melayani tujuan belajar yang di tetapkan semena-mena oleh guru, sekolah maupun kurikulum nasional.

Mungkin saja murid di bebani pekerjaan rumah menumpuk karena guru berhalangan masuk kelas atau digantikan sementara oleh guru lain. Pihak pimpinan sekolah menekan guru harus menyelesaikan target sesuai kurikulum sehingga guru terbebani urusan administrasi laporan yang harus di masukkan ke pihak sekolah. Sementara itu fasilitas sarana dan prasarana kelas kurang mendukung proses belajar mengajar.

Nah, bila ditelusuri mengapa Mendikbud mengangkat konsep kemerdekaan belajar ini? Dia ingin mengembalikan model yang dicetuskan Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro yaitu spirit kemerdekaan dalam pendidikan di Indonesia. Intinya, kemerdekaan hendaknya di kenakan terhadap caranya anak-anak berpikir yaitu jangan selalu "dipelopori" atau di suruh mengakui buah pikiran orang lain.

Tentunya konsep kemerdekaan belajar ini dalam penerapannya akan di sesuaikan dengan era kini yaitu dipadukan dengan model pembelajaran mandiri dengan memanfaatkan teknologi digital. Kalau proses pembelajar di kelas dimana guru lebih dominan memberikan pembelajaran sistem ceramah akan dikembangkan ke arah model aktif berdiskusi. Memberi kesempatan anak mampu menyampaikan pikirannya di hadapan guru dan teman-temannya yang akan menciptakan rasa percaya diri sang anak.

Ada anggapan pihak tertentu yang mempertanyakan kemerdekaan belajar ini seakan berdampak menghilangkan pendidikan karakter. Hemat saya justru model ini akan lebih meningkatkan karakter anak. Pendidikan karakter adalah bentuk kegiatan manusia yang didalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.

Lebih jauh, tujuan pendidikan karakter untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan melatih kemampuan diri menuju ke arah hidup yang lebih baik. Lewat pendidikan karakter anak didik diajar dan dilatih berbagai tatanan maupun nilai kehidupan, misalkan: kejujuran, kecerdasan, tanggung jawab, kebenaran dan keimanan.

Jadi bagi saya, kebebasan belajar di kelas yang cenderung pembelajaran aktif antara guru dan murid akan melatih murid berani berbicara dan mengungkapkan pendapatnya. Ini termasuk pembinaan watak dan karakter murid di kelas. Proses pembelajaran di sekolah harus menciptakan iklim yang memotivasi pikiran dan minat peserta didik. Ke depan akan tercipta manusia-manusia yang berdedikasi, ber integritas, jujur, kreatif dan produktivitas.

Ada 4 motivasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas yaitu: 1) Guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan; 2) Guru menggunakan pendekatan yang berfokus pada anak; 3) Kelas memiliki pojok baca; 4) Kelas memajang media belajar seperti alat peraga, poster, peta, atau sumber belajar lainnya yang membuat anak selalu terpapar pada media literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun