Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Fenomena Politik Indonesia dan Pertahanan Catur Alekhine

16 Mei 2019   09:09 Diperbarui: 17 Mei 2019   11:48 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aleksander Alekhine (sumber: love&respect.com)

Tentang Kuda Hitam Alekhine pernah saya tulis di Kompasiana 8 April 2015 dan dapat dilihat di: Kuda Hitam Alekhine 


Nah, Apa kaitan antara pertahanan Alekhine dengan situasi perpolitikan di Indonesia?

Saya melihat adanya langkah-langkah kuda hitam yang dimainkan elit politik dimana melalui manuver politik memancing keluarnya bidak-bidak putih terus maju dan dikorbankan. 

Kuda hitam ini melangkah dengan pasti dan satu persatu bidak putih maju terlalu jauh ke depan hingga dengan mudah di lahap. Contohnya adanya elit politik yang mulai melakukan langkah "blunder" yang sikapnya tidak mengindahkan aturan yang baku dan di arena catur akan di tegur wasit. 

Tidak ada permainan catur yang permainan belum selesai lalu harus bilang saya menang. Kemenangan dalam permainan catur dinyatakan oleh wasit bahwa pemain ini menang atau kalah berdasarkan hasil yang ada di papan catur dan kedua pemain menanda tangani di kertas yang sudah disediakan wasit/panitia. Permainan dianggap selesai apabila salah satu pemain menyatakan kalah dengan merobohkan raja nya atau terbukti kalah dengan "mat". 

Lazimnya dalam permainan catur terlihat pemain yang melihat posisi buahnya sudah gawat dan mengarah ke kekalahan akan bersikap dan mengeluarkan ucapan antara lain lawan main curang, wasitnya curang dan luapan emosi spontan. Pemain catur sejati akan lebih tenang dalam menerima kekalahan karena dalam permainan dituntut jiwa besar dan sportifitas yang tinggi. 

Pecatur yang mengakui kekalahannya justru akan dihargai dan di hormati kalangan komunitas pecatur. Justru kekalahan itu jadi motivasi baginya untuk adakan tanding ulang ke depan.

Bagaimana menurut pendapat anda?

Ternyata dalam dunia politik relevan dengan permainan catur sehingga istilah "percaturan politik" itu eksis.

Dunia politik kadang putih menjadi hitam dan sebaliknya hitam menjadi putih. Hal ini seperti kotak-kotak di papan catur yang berjumlah 64, ada hitam dan ada putih nya. hehehe.

Gens Una Sumus.

Salam Damai.

Salam Kompasiana.

Manado, 16 Mei 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun