Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Paling Langka, di Amerika Persis 20 Tahun yang Lalu

12 September 2021   06:09 Diperbarui: 13 September 2021   03:35 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uwajimaya Village, Seattle. Sumber: https://bit.ly/3Ea680L Wikimedia Commons

Hari ini tanggal 12 September 2021, dan di Seattle, Washington, masih hari Sabtu, 11 September 2021,  selisih waktu dengan Jakarta 10 jam sedangkan di New York sudah lebih sore, selisih waktunya 13 jam dengan Jakarta.

Saya berangkat dari Jakarta pada 10 September 2001 dengan pesawat KLM, dengan tujuan Boston, Massachusetts, namun takdir menentukan lain. Pesawat yang kami tumpangi akan memasuki wilayah AS pada 12 September 2001 waktu Jakarta, atau persisnya 11 September 2001, kira-kira 3 jam setelah kejadian ke-2 di gedung WTC New York.

Pesawat KLM itu digrounded di Vancouver, British Columbia, Kanada. Setelah keluar dari bandara kami semua penumpang KLM ini dikirim dengan bus ke Seattle, Washington, via sebuah kota kecil, Marrysville, Washington.

Saya barusan mengecek dengan peta Google, jarak Vancouver ke Seattle sekitar 230 km dan Marrysville ke Seattle sekitar 55 km atau 1 jam perjalanan.

Di Marrysville kami berhenti untuk makan siang. Sambil makan, saya berkenalan dengan beberapa penumpang lain dan kami semua tidak tahu kenapa pesawat kami didaratkan dengan paksa, pasti ada sebuah kejadian besar yang menimbulkan kedaruratan itu.
Untuk melewatkan waktu, saya pun mengeluarkan sebuah radio mini dari tas jinjing yang saya bawa dari Indonesia, dan saya dan orang-orang di dekat saya pun jadi tahu persis apa yang terjadi.

Siaran berita radio yang kami dengar membuat orang-orang mulai berdiskusi dengan suara seperti percakapan biasa, yang membuat semakin banyak orang yang menyadari apa yang sudah terjadi. Namun, saya tidak melihat adanya sedikit pun kepanikan. Percakapan orang-orang meningkat menjadi sharing kekhawatiran karena ada kerabat, teman, atau  kenalan dari sebagian dari mereka yang bekerja di gedung yang naas itu.

Perjalanan dengan bus dilanjutkan menuju Seattle, dan saya bersama sebagian penumpang diinapkan di sebuah Holiday Inn di Seattle. Pada hari ke-7 baru ada pesawat yang diizinkan terbang.

Di kamar hotel, saya sempat merenung dengan perasaan yang bercampur baur. Waktu itu saya belum memiliki HP dan saya pun mengecek perkembangan situasi via internet berbayar di hotel, tapi terlebih dulu saya menggunakan telepon hotel untuk menghubungi almarhum Ivan Burnell di Center Ossipee, New Hampshire untuk mengabari tentang keadaan saya.

Pihak KLM hanya menanggung biaya inap kami selama semalam, dan pada hari kedua Ivan mulai membayarkan biaya itu untuk saya, tetapi saya sempat mengatakan agar pembayarannya harian saja.

Saya pun lalu memutar otak, dan intuisi saya mengarahkan untuk mencari informasi tentang seorang kakak kelas saya di Jurusan Farmasi FMIPA USU, dan ternyata dia menjadi seorang Asssistant Professor di University of Washington, Seattle, disingkat UW (you doble you) yang disingkat lebih lanjut menjadi "u-doub" (yudab).

Singkat cerita, pada pagi hari ke-3, saya check out dari hotel dan naik bus ke yudab untuk menemui kakak kelas saya itu. Sorenya saya ikut kakak kelas saya ke apartemennya dan menginap di sana selama 3 hari sampai pada hari ke-5.

Pada hari ke-4, melalui laptop kakak kelas saya itu, saya mencari informasi tentang sebuah gereja di Seattle di mana saya menjadi anggotanya yang di Medan. Saya pun langsung dijemput dari apartemen kakak kelas saya dan di bawa berjalan-jalan tanpa direncanakan.

Di Uwajimaya Village, Seattle. Dokpri.
Di Uwajimaya Village, Seattle. Dokpri.

Bahkan saya sempat jalan-jalan sampai ke Portland, Oregon (di negara bagian Maine, New England) juga ada sebuah kota yang bernama Portland, tempat saya mengikuti Kursus YA (the YES Course) Ivan Burnell, total 10 sesi, tiap sesi 4 jam setiap hari Kamis, jadi saya mengikuti kursus itu mulai sesi ke-2.

Di Seattle, selain yudab, tempat-tempat yang sempat saya kunjungi antara lain Chinatown International District, Uwajimaya Village, penangkaran ikan salmon, Argosy harbor cruise, dan... gerai pertama Starbucks, Pike Place Seattle, serta beberapa lokasi wisata.

Chinatown International District, Seattle. Sumber: https://bit.ly/38ZxoAX Wikimedia Commons
Chinatown International District, Seattle. Sumber: https://bit.ly/38ZxoAX Wikimedia Commons
Argosy harbor cruise. Dokpri.
Argosy harbor cruise. Dokpri.

Pada hari ke-6 saya dijemput oleh teman gereja dan pindah inap ke apartemennya, jadi, sesuai intuisi dan upaya saya, Ivan hanya membayar biaya inap Holiday Inn untuk hari ke-2.

Sebelum berangkat dari Jakarta, saya sudah banyak membaca buku Travel Guide seluruh negara bagian AS, utamanya yang saya rencanakan akan saya datangi.

Dengan demikian, saya mengetahui sebuah informasi penting yang bisa saya manfaatkan. Selama bersama teman-teman dari gereja di Seattle, seorang teman sempat membantu saya untuk follow-up ke KLM tentang kapan saya bisa terbang ke Boston.

Pada hari ke-6 itu saya diberitahu KLM via HP teman saya bahwa rencananya akan ada pesawat yang boleh terbang pada hari ke-7, 17 September. Informasi penting yang ada pada saya pun saya gunakan.

Alih-alih ke Boston, saya meminta KLM agar mengubah destinasi saya ke Manchester, New Hampshire. Bandara Logan di Boston pada waktu itu masih dipenuhi ketidakpastian karena jaraknya yang berdekatan dengan New York. Dengan pilihan saya, saya mendapat 2 keuntungan:
1. Kemungkinannya lebih besar untuk pesawat diterbangkan dari Seattle ke Manchester.
2. Sekiranya Ivan menjemput saya dari Boston, waktu tempuh yang harus dia habiskan dari Center Ossipee - Boston pp. adalah sekitar 8 jam, sedangkan Center Ossipee - Manchester pp. hanya sekitar 3 jam.

Demikian pengalaman hidup saya yang paling langka ini.

Catatan:
Takdir juga menentukan lain untuk seorang teman saya di Medan yang sudah mengantongi tiket pesawat ke AS bertanggal 12 September 2001. Tiket itu terpaksa dia retur karena tidak diizinkan terbang.

Jonggol, 12 September 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun