Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Fisika untuk Hiburan 81: Efek Fotolistrik (Bagian II)

14 Agustus 2021   06:06 Diperbarui: 14 Agustus 2021   06:39 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesamaan otak manusia, bit, dan fisika kuantum. Sumber: https://bit.ly/3CP0Ua7

Sekarang, apa yang akan terjadi jika sebuah benda ruang angkasa yang sangat besar tiba-tiba muncul pada jarak yang relatif kecil ke bumi?

Pada kasus ini batu itu mungkin tidak kembali, walaupun kecepatan awalnya jauh lebih kecil. Batu itu sekarang tidak hanya bergantung pada gravitasi bumi, tetapi juga pada gravitasi dari benda angkasa itu.

Semakin besar gravitasi benda angkasa, semakin kecil pula kecepatan awal yang dibutuhkan oleh batu untuk meninggalkan bumi selamanya.

Misalkan benda angkasa itu tidak menarik batu ketika dilemparkan ke atas, tetapi malah menolaknya.

Bisakah batu mencapai permukaan benda angkasa dalam keadaan seperti itu? Ya, bisa. Untuk mengatasi penghalang seperti itu (melakukan usaha yang diperlukan untuk melawan gaya tolak), batu itu harus diberi sejumlah energi yang diperlukan, atau dengan kata lain diberi kecepatan awal yang diperlukan pada awal pelemparannya.

Dalam eksperimen mental ini kita membuat asumsi yang benar-benar fantastis mengenai keberadaan benda angkasa yang dekat dengan bumi yang, terlebih lagi, alih-alih menarik, malah menolak benda-benda yang mendekatinya.

Tentu saja, tidak ada gunanya membuat asumsi fantastis seperti itu secara tiba-tiba, tetapi jika itu mungkin berguna, fisikawan tidak pernah ragu untuk membuatnya. Dalam kasus kita, manfaatnya adalah bahwa kita mengikuti bentuk yang cukup jelas dari proses-proses yang mendekati yang sebenarnya terjadi dalam sel fotolistrik.

Memang, ketika kita mengaplikasikan tegangan negatif ke anoda, kita memperlambat elektron-elektron yang telah keluar dari katoda dan membuatnya kembali.

Sebaliknya, dalam melakukan "hal yang biasa," yaitu mengaplikasikan tegangan positif ke anoda, kita membantu elektron-elektron untuk meninggalkan katoda.

Jika, mulai dari nol, kita secara bertahap meningkatkan tegangan positif, arus yang mengalir melalui fotosel akan meningkat meskipun fluks cahaya yang datang pada katoda tetap bernilai konstan.

Hal ini terjadi karena ketika tegangan positif naik, gaya tarik elektron-elektron ke anoda juga meningkat, dan elektron-elektron dengan kecepatan awal yang lebih kecil akan bisa  mencapai permukaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun