Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Fisika untuk Hiburan 14 (Refleksi dan Refraksi): Istana Fatamorgana

28 Juli 2021   15:00 Diperbarui: 28 Juli 2021   15:03 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasad masuk ke Museum Grevin, koleksi fantastis dan Istana Fatamorgana (Patung Lilin). Sumber: Alamy

Ketika melewati bagian meja itu, di mana ketika kecepatannya lebih besar (bagian yang tidak tertupi taplak meja) ke bagian di mana kecepatannya lebih kecil (bagian yang tertutupi taplak meja), arah ("sinar") lebih dekat ke "bidang datang" normal. Ketika bergulir ke arah sebaliknya, arah itu lebih jauh dari "bidang datang" normal.

Ini menjelaskan pembiasan sebagai akibat perubahan kecepatan cahaya dalam medium baru. Semakin besar selisih kecepatan itu, semakin lebar pula sudut biasnya, karena "indeks bias" yang menunjukkan seberapa besar perubahan arah, tidak lain adalah rasio dari dua kecepatan.

Jika indeks bias dalam melewati medium udara ke air adalah 4/3, itu berarti bahwa cahaya merambat melalui udara kira-kira 1,33 kali lebih cepat daripada melalui air.

Ini membawa kita ke aspek instruktif lain dari perambatan cahaya. Pada saat dipantulkan, cahaya mengikuti jalur terpendek, dan pada saat dibiaskan, cahaya mengikuti jalur tercepat. Tidak ada rute lain yang akan membawa cahaya ke "tujuan" lebih cepat dari jalan yang bengkok ini.

Istana Fatamorgana
Sensasi seperti apa yang akan kita alami jika kita menjadi cebol seukuran pecahan kaca dan menyelinap ke dalam kaleidoskop? Orang-orang yang mengunjungi Pameran Dunia Paris pada 1900 memiliki kesempatan yang luar biasa ini.

Apa yang disebut "Istana Fatamorgana" adalah daya tarik utama pameran ini, tempat yang sangat mirip dengan bagian dalam kaleidoskop besar yang kaku.

Pemantulan 3 kali lipat dari dinding aula tengah menghasilkan 36 aula. Sumber: buku Physics for Entertainment, Book 1, hlm. 142.
Pemantulan 3 kali lipat dari dinding aula tengah menghasilkan 36 aula. Sumber: buku Physics for Entertainment, Book 1, hlm. 142.

Bayangkan sebuah aula heksagonal, di mana masing-masing dari 6 temboknya adalah cermin besar yang dipoles dengan indah. Di setiap sudutnya ada hiasan arsitektur, kolom dan penghias di atas tembok yang menyatu dengan hiasan pahatan langit-langit.

Tiap pengunjung mengira bahwa dia bukan salah satu dari kerumunan orang yang penuh sesak, karena semuanya tampak sama, dan memenuhi barisan aula berkolom tak berujung yang membentang di setiap sisi sejauh mata memandang.

Aula yang diarsir secara horizontal pada gambar di atas adalah hasil pemantulan tunggal, 12 aula berikutnya diarsir tegak lurus, hasil pemantulan ganda, dan 18 aula berikutnya lagi diarsir miring, hasil pemantulan rangkap 3.

Aula berlipat ganda jumlahnya dengan setiap pemantulan ganda baru, tergantung, tentu saja, pada seberapa sempurna cermin yang digunakan dan apakah cermin-cermin itu ditempatkan pada paralel yang tepat. Sebenarnya, orang hanya bisa melihat 468 aula hasil pantulan ke-12.

Semua orang yang akrab dengan hukum yang mengatur pantulan cahaya akan menyadari bagaimana ilusi itu dihasilkan. Karena di sini kita memiliki 3 pasang cermin sejajar dan 10 pasang cermin yang saling membentuk sudut, tidak heran jika pantulannya begitu banyak.

Rahasia Istana Fatamorgana. Sumber: buku Physics for Entertainment, Book 1, hlm. 143.
Rahasia Istana Fatamorgana. Sumber: buku Physics for Entertainment, Book 1, hlm. 143.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun