Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Pengembangan Pribadi Anak

12 Juni 2021   09:16 Diperbarui: 12 Juni 2021   09:16 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://takaitu.id/ketika-menjadi-single-parent-di-usia-muda/father-and-daughter-sitting-on-a-rocky-beach-and-talking/

Seorang ayah dan putrinya sedang bercakap-cakap.

Tips Pengembangan Pribadi Anak ini adalah lanjutan dari artikel Parenting ala Johan Japardi yang saya kembangkan dari Parenting Positif Ivan Burnell yang saya sebutkan dalam artikel 5 Tips Parenting Positif.

Tentunya setelah menerima parenting, anak akan mengembangkan pribadinya dari hari ke hari dalam hidupnya, dengan dibekali kompetensi, kejujuran mutlak, dan pengetahuan bagaimana membina dan menjaga hubungan yang harmonis dengan siapa saja, yang sampai kapan pun akan dia perlukan sekaligus tingkatkan melalui pembelajaran, pemikiran, pengamatan, dan pengalaman hidupnya.

Berikut Tips Pengembangan Pribadi Anak dari saya:
1. Dengan premis bahwa anak adalah pribadi yang dependen sekaligus independen, ajari sekaligus biarkan anak menggunakan inisiatifnya sendiri untuk mengembangkan kemandiriannya. Di sini keterbukaan dan komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Saya katakan bahwa jangan sampai anak mulai berbohong karena takut (tidak terbuka), tetapi HARUS takut mulai berbohong.

2. Agar anak mandiri, sejak dini biarkan dia, misalnya, memiliki rekening tabungan sendiri (Putri memulai hal ini ketika naik ke kelas 1 SMP) dan belajar mengelola keuangannya sendiri, yang sehari-harinya dia gunakan untuk uang jajan di sekolah (diambil dari ATM seminggu sekali), membeli toiletry (sebulan sekali), kebutuhan dadakan, dsb.

Bahkan untuk kemandirian lain, misalnya mengendarai sepeda motor, Putri sudah bisa sejak SD kelas 5, tentunya hanya untuk keperluan bepergian dalam lingkungan kompleks perumahan, agar memudahkan dia untuk membuat SIM jika usianya sudah memenuhi syarat. Putri juga sudah belajar mengendarai mobil sejak kelas 2 SMA. Kedua kegiatan ini tentunya selalu di bawah pengawasan orang dewasa.

Hanya beberapa bulan setelah memiliki rekening tabungan, Putri sudah membiasakan diri untuk transfer, tarik tunai, menyetor uang tunai di bank untuk mengisi tabungan atau mengirim ke rekening lain. Selanjutnya Putri juga belajar bagaimana membeli tiket kereta api atau tiket pesawat, mengambil boarding pass, melakukan pesanan barang secara daring, dsb, yang prosedurnya hampir sama dan sebagian besar bisa dilakukan melalui HP.

3. Dengan semakin mandirinya anak, orangtua juga mesti semakin banyak mendengarkan anak ketimbang "menyuruh anak mendengarkan Anda." Dalam beberapa artikel lain saya bercerita tentang perpustakaan pribadi Putri dengan koleksi buku lebih dari 500 judul dan akan bertambah terus, tentunya sebagian buku dia itu tidak saya baca. Jadi Putri memiliki pengetahuan dan pengalaman yang saya sendiri sebagai orangtua tidak memilikinya. Ini alasan yang wajar untuk mendengarkan bahkan belajar dari anak.

4. Dengan landasan berpikir pada #3 di atas, jika anak punya masalah, seberat apa pun, dia akan terbuka kepada orangtua dan solusinya pun bisa dipikirkan bersama. Pada gilirannya anak akan memahami bahwa masalah hanya masalah, dalam hidup selesaikan masalah yang ada di depan mata dan SAMBUT kedatangan masalah lainnya, dan jika sudah pernah mengalami katakanlah masalah terberat, maka secara automatik masalah-masalah lain menjadi "ringan" atau "tidak jadi masalah sama sekali."

5. Dengan landasan berpikir pada #3 dan #4 di atas, anak akan bisa secara mandiri membangun kebiasaan hidup yang baik, misalnya mengatur waktu untuk menyelesaikan aktivititas harian, jam belajar yang tertib, menggunakan gadget dengan mengutamakan pendidikannya ketimbang hiburan atau yang lain-lain, atau dengan perkataan lain: menetapkan prioritas.

Pada awalnya, mungkin anak memerlukan bantuan komputer atau HP untuk membuat senarai dari semua kegiatan rutin dan dadakannya, namun lama-lama dia akan bisa menjalankan semuanya dari CPU pemberian Tuhan, otaknya sendiri, secara autopilot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun