Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perpustakaan Pribadi Anak, Kenapa Tidak?

20 Mei 2021   12:54 Diperbarui: 20 Mei 2021   13:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rata-rata orang Australia memiliki 148 buku per rumah, tetapi sebagian besar responden (35%) hanya memiliki 65. Yang terbanyak adalah orang Estonia, rata-rata memiliki 218 buku, dan 35% memiliki 350 buku atau lebih.

Norwegia (212), Swedia (210) dan Republik Ceko (204) juga mengalahkan negara-negara berbahasa Inggris seperti Inggris (143) dan AS (114). Turki memiliki rata-rata terendah (27), dengan 60% rumah tangga mengatakan mereka hanya memiliki lima buku.

Penulis utama, Dr. Joanna Sikora dari Universitas Nasional Australia (Australian National University/ANU), mengatakan bahwa paparan remaja terhadap buku meletakkan dasar bagi "budaya ilmiah" yang memberinya peningkatan pendidikan seumur hidup, terlepas dari keuntungan atau kerugian sosial.

Ini senarai yang lebih lengkap:

Tangkapan layar dari: Sumber: https://www.theguardian.com/books/2018/oct/12/the-more-books-in-a-house-the-brighter-your-childs-future-study-finds
Tangkapan layar dari: Sumber: https://www.theguardian.com/books/2018/oct/12/the-more-books-in-a-house-the-brighter-your-childs-future-study-finds
Senarai jumlah rata-rata buku per rumahtangga remaja berusia 16 tahun.

Catatan:
1. Bagaimana dengan kita?
2. Saya sangat senang dan bangga, karena jangankan dibanding saya, dengan Perpustakaan Pribadi Putri Natalia (tepatnya plus Eca) saja senarai di atas tidak ada apa-apanya, dan saya berharap ini bisa menyemangati para remaja untuk berembuk dengan orangtua mereka untuk mendukung mereka mengoleksi buku.

Berikut saya sajikan sedikit tambahan pernyataan Dr. Joanna Sikora yang mudah-mudahan juga bisa menambah penyemangatan:
Manfaat buku konsisten di seluruh dunia, dan tak bergantung pada tingkat pendidikan, pekerjaan ketika dewasa, jenis kelamin, usia, atau tingkat pendidikan orangtua.

Saya tidak sependapat dengan pembubuhan cap "kutubuku" pada seseorang yang banyak membaca dan prihatin dengan data 2018 yang menunjukkan bahwa orang Jepang berada di urutan ke-14 senarai, yang menjawab pertanyaan saya dalam artikel Cersil Kho Ping Hoo yang Saya Baca Sejak SD Kelas 4, tentang mengapa sekarang saya sudah sangat jarang mendengar orang mengupas tentang kegemaran membaca, bahkan orang Jepang yang dulu sering saya dengar dari berita saking gemarnya membaca, sampai-sampai melakukan kegiatan kegemaran mereka itu di atas kereta, sudah jarang saya dengar beritanya.

Sungguh dunia sudah mengalami banyak perubahan, termasuk yang tidak saya antisipasi sebelumnya.

Saya lanjutkan tentang putri bungsu saya yang masih di kelas 6 SD (tak lama lagi SMP). Buku pribadinya yang relatif masih sedikit tidak membatasi Eca untuk membaca lebih banyak buku, buku kakaknya! Karya Enid Blyton yang saya paparkan dalam artikel sebelumnya sudah dibaca, atau setidaknya dikenal oleh Eca. Jika saatnya tiba, Eca sendiri juga harus dibuatkan rak buku dan stempel "Perpustakaan Pribadi Vaneza Puja Natalia."

Yang lebih penting adalah Eca bukan hanya membaca dari buku, tetapi bisa semakin mengasah kemampuannya untuk membaca juga dari kehidupan.

Jonggol, 20 Mei 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun