Mohon tunggu...
Joe Nathan
Joe Nathan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gadget, Perkembangan dan Dampak Penggunaannya

9 Juni 2018   20:29 Diperbarui: 9 Juni 2018   20:47 5049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Jonathan - 331510013

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti banyak mendengar yang namanya teknologi. Namun banyak dari kita yang mungkin bingung apabila disuruh menjabarkan apakah teknologi itu. Mungkin kita hanya membayangkan teknologi itu adalah sesuatu yang canggih, futuristik, atau terlihat keren. Memang tidak salah sebenarnya, hanya saja definisi teknologi yang sesungguhnya lebih dari itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Ada pendapat dari Poerbahawadja Harahap yang menjelaskan bahwa penggunaan kata teknologi pada dasarnya mengacu pada sebuah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang cara kerja di dalam bidang teknik. Teknologi merupakan suatu bentuk proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses yang berjalan tersebut dapat menggunakan atau menghasilkan produk tertentu, dimana produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada. Lebih lanjut disebutkan pula bahwa teknologi merupakan suatu bagian dari sebuah integral yang terdapat di dalam suatu sistem tertentu (Miarso, 2007). Teknologi merupakan sebuah sarana dalam memecahkan masalah yang mendasar dari setiap peradaban manusia. Tanpa adanya penggunaan teknologi, maka hal ini akan menyebabkan banyak masalah tidak bisa terpecahkan dengan baik dan sempurna (Sardar, 1987). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknologi merupakan proses peningkatan nilai suatu barang menjadi peralatan yang digunakan dengan ilmu pengetahuan berlandaskan masalah yang mendasar dari kehidupan manusia. Teknologi sendiri pada awal mulanya berasal dari objek-objek sederhana yang berada di sekitar kita yang kemudian dirancang menjadi suatu alat. Pembuatannya sendiri pun ada yang disengaja maupun tidak disengaja. Alat ini diharapkan agar mampu mempermudah aktivitas manusia. Namun manusia dari waktu ke waktu makin banyak mendapat ilmu pengetahuan dari alat-alat sederhana tadi. Dengan ilmu yang didapat, alat yang dibuat akan semakin kompleks dan semakin baik performanya.

Ranah dari teknologi sendiri sebenarnya tidak mengenal batas. Setiap aspek kehidupan memiliki teknologinya masing-masing. Salah satu contohnya adalah komunikasi. Komunikasi pada hakikatnya merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak (KBBI). Achmad S. Ruky berpendapat, komunikasi merupakan proses pemindahan dan pertukaran pesan, dimana pesan ini dapat berbentuk fakta, gagasan, perasaan, data, atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi dan/atau mengubah informasi yang dimiliki serta tingkah laku orang yang menerima pesan tersebut. Sedangkan menurut Raymond S. Ross komunikasi dapat diartikan sebagai proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol. Proses tersebut dilakukan sedemikian agar dapat membantu pendengarnya untuk membangkitkan makna atau respons yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator dari pikirannya. Yang mana dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pemindahan pesan antara dua orang atau lebih berupa informasi dengan segala emosi yang disampaikan melalui teknik penyampaian yang tepat. Komunikasi tentu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena manusia sendiri pada dasarnya merupakan makhluk sosial. Teknologi tentu diperlukan dalam bidang komunikasi, karena pertama komunikasi itu dibutuhkan dan kedua komunikasi itu terbatas apabila tanpa hadirnya teknologi. Terbatasnya komunikasi tanpa teknologi bisa bermacam-macam wujudnya, bisa keterbatasan kemampuan untuk menyampaikan maksud sesungguhnya atau keterbatasan jarak antara pengirim dan penerima. Komunikasi sendiri medianya sangat beragam, yang umum kita ketahui antara lain: gerakan tubuh, raut wajah, tulisan, dan ucapan/verbal.

Dalam bidang komunikasi sendiri, kita telah lama mengenal yang namanya surat, telepon, telegram, dan masih banyak lainnya. Namun pada artikel ini, penulis hanya akan membahas mengenai telepon. Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami masa-masa kejayaan warung telekomunikasi (wartel), kotak telepon, dan telepon rumah. Di mana pada masa itu pengusaha wartel banyak yang bermunculan, kotak telepon diletakkan di tempat-tempat umum yang sangat mudah ditemukan di mana-mana. Bahkan mungkin beberapa dari pembaca masih ada yang ingat menggunakan wartel untuk menghubungi saudara atau teman yang jauh, sekedar saling menyapa atau bahkan merencanakan pertemuan. Kotak telepon yang digunakan anak sekolahan untuk mengabari orang tua atau minta dijemput. Pada masa itu, alat-alat tersebut memegang peranan yang sangat penting dalam bidang komunikasi. Manusia tentu tidak ada puasnya, ingin sesuatu yang lebih nyaman dan mudah digunakan daripada yang sudah ada. Dari yang awalnya menggunakan wartel atau kotak telepon yang lokasinya pasti di luar rumah, kemudian telepon rumah mulai menjamur dan perlahan wartel dan kotak telepon mulai ditinggalkan. Telepon rumah masih berkabel? Tidak praktis! Tidak bisa digunakan sembari mengerjakan pekerjaan di tempat atau bagian rumah yang lainnya. Muncullah telepon rumah yang wireless alias tanpa kabel. Sudah puas? Tentu belum. Muncullah telepon genggam yang bisa dibawa ke mana-mana. Ukurannya relatif kecil sekaligus bisa mengirim pesan teks. Selangkah lebih maju dari telepon rumah. Telepon genggam inilah yang hingga saat ini masih belum ditemukan lagi penggantinya yang lebih baik dan masih banyak sekali dikembangkan oleh berbagai perusahaan ternama. Yang pastinya sudah tidak asing lagi ditelinga kita.

Telepon genggam pada awal kemunculannya secara luas memiliki dua warna saja, yakni hitam dan putih. Fitur yang umum ditawarkan pun hanya pengiriman pesan teks dan tentunya telepon. Kemudian berkembang lagi dengan adanya sedikit hiburan berupa game sederhana, gambarnya masih jauh dari baik namun jauh lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Selang beberapa waktu, muncullah telepon genggam berwarna, telepon genggam layar sentuh, telepon genggam dengan fitur untuk internetan, dan masih banyak lagi. Orang bisa melakukan banyak hal dengan telepon genggam, mulai dari hiburan, sebagai sarana belajar, untuk mendapatkan informasi, bahkan berbisnis. Dengan segala fasilitas dan kemudahan tadi, orang akan merasa dimanjakan. Tidak perlu lagi bersusah payah untuk sekedar mengirim dan mendapatkan informasi dari orang lain yang terpisahkan jarak. Inti dari perkembangan teknologi komunikasi tersebut adalah positif: membantu kehidupan manusia agar semakin mudah, murah, dan cepat. Positif juga memiliki pengecualian, positif apabila ditangan yang tepat. Tangan siapakah yang tepat? Tangan orang yang sudah mampu untuk berpikir secara dewasa dan menggunakan segala kemampuan telepon genggam yang dimilikinya untuk hal positif. Seperti yang kita ketahui, internet pada telepon genggam kita mampu mengakses begitu banyak informasi. Kita harus mampu mengelola, hal apa yang baik dan apa yang buruk dari teknologi yang sedang kita gunakan ini. Jangan sampai ada dampak negatif yang diberikan. Namun sebuah saran, akan selamanya menjadi sebuah saran apabila tidak diindahkan. Kenyataannya hingga hari ini, masih terbilang banyak dampak negatif dari sebuah telepon genggam. Parahnya lagi, secara umum dampak negatif ini menyebar dikalangan generasi muda terutama yang telah mengenal telepon genggam dari usia belia. Mengapa telepon genggam? Mengapa tidak yang lainnya? Karena telepon genggam merupakan alat yang paling luas penyebarannya dan paling mudah untuk dibawa kemana saja. Jadi bukan berarti gadget lain tidak memiliki dampak negatif ya.

Apa saja dampak negatifnya? Dalam artikel yang berjudul "Pengaruh Penggunaan Gadget pada Peserta Didik Terhadap Interaksi Sosial", menyebutkan hasil survei bahwa [1]pada indikator interaksi sosial tidak langsung mayoritas responden setuju dengan pernyataan penggunaan gadget yang berlebihan dapat menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh. Dan responden yang menjawab setuju dan sangat setuju persentasenya diatas 60%. Hal ini menandakan bahwa sebenarnya sudah banyak yang paham akan dampak penggunaan telepon genggam (smartphone) namun masih menganggap bahwa dampak negatif ini adalah suatu hal yang biasa. Terlebih sekarang adalah eranya teknologi. Pemandangan akan perubahan perilaku seseorang saat menggunakan smartphone sudah dianggap hal yang lumrah. Memang pasti begitu kan perilakunya -- pikir mereka. Yang mana sebenarnya perilaku yang dipengaruhi tidak hanya pada saat menggunakan smartphone, tapi juga ke perilaku saat tidak menggunakannya. Efek inilah yang ke depannya dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas hubungan sosial seseorang atau bahkan suatu generasi. Kekhawatiran ini juga langsung dijawab dengan artikel yang berjudul "Pengaruh Gadget pada Interaksi Sosial dalam Keluarga". Dari judulnya saja kita mungkin sudah bisa menerka apa isinya. Yap betul! Membahas mengenai perilaku individu dalam keluarga yang sudah 'tercemar' smartphone. Bahkan dalam lingkungan keluarga -- individu yang kita kenali sejak kita lahir dan setiap hari bersama, perubahan perilaku bisa terjadi. Artikel itu mengungkapkan bahwa keluarga sebagai kelompok primer bagi suatu individu memiliki peran dalam hal sosial.[2]Penggunaan gagdet yang tidak cerdas pada anggota keluarga berpotensi untuk mengubah peran-peran dari keluarga tersebut dan mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan bagi setiap anggota keluarga.

 

Lebih lengkap lagi ada dalam artikel "Persepsi Orang Tua Terhadap Dampak Penggunaan Gadget pada Anak Usia Pendidikan Dasar". [3]Artikel tersebut merupakan penelitian mengenai dampak yang diberikan oleh smartphone. Hasilnya adalah: 1) Komunikasi dengan orang tua berkurang, 2) Kemampuan psikomotorik berkurang, 3) Kesulitan beradaptasi dengan materi pelajaran, dan 4) Kesulitan dalam bersosialisasi. Kurangnya komunikasi terhadap orang tua secara langsung pasti akan mempengaruhi kedekatan seorang anak terhadap orang tuanya. Hal ini cukup memprihatinkan karena orang tua menjadi tidak mengetahui persoalan apa yang sedang dihadapi anak dan ujungnya tidak bisa memberikan solusi yang menyebabkan masalah yang mungkin ada akan berlarut-larut. Berkurangnya kemampuan psikomotorik ini mampu terjadi karena dengan adanya smartphone, anak akan cenderung malas untuk bergerak. Dengan tidak bergerak, dia tentu tidak akan tahu bagaimana rasanya mengeksplor tubuhnya sendiri. Anak yang cenderung aktif dan tidak terikat atau kecanduan smartphone, dia akan tertarik dengan berbagai hal di luar sana. Hal yang benar-benar ada di depan mata, bisa dijangkau, dan bisa dilakukan. Apabila sudah melalui proses melihat dan ingin melakukannya, maka disinilah psikomotorik seseorang bisa dilatih. Namun anak yang cenderung kecanduan smartphone, kebanyakan akan merasa puas hanya dengan melihat suatu kegiatan di layar saja. Karena tidak dapat kita pungkiri bahwa terkadang ada saja perbedaan yang tidak dapat kita jabarkan antara melihat langsung dengan melihat melalui sebuah perantara (smartphone). Kesulitan beradaptasi dengan materi belajar juga lumrah kita temui di sekeliling kita. Hal ini tidak hanya 'menyerang' kemampuan adaptasi anak kecil saja, bahkan remaja pun ada yang mengalaminya. Kesulitan beradaptasi bisa disebabkan karena smartphone sendiri tampilannya sangat menarik. Tidak ada hal menyulitkan di dalamnya, yang ada hanya hiburan seperti permainan, media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain, browser untuk mengakses informasi. Kesimpulannya smartphone itu menghibur dan membantu! Hampir tidak perlu berpikir untuk menggunakannya, hanya perlu terbiasa dan suatu saat sembari tutup mata pun semua bisa diakses. Tidak demikian dengan materi pelajaran konvensional saat ini. Yang ada hanya buku, buku, dan buku. Buku memang bisa menjadi menarik, tapi apa semua buku menarik? Jawabannya tidak. Apalagi buku tentang teori, dijamin isinya hanya teks dengan sedikit ilustrasi, mungkin. Atau bahkan penuh dengan tulisan saja. Di samping isinya yang membosankan, perlu memeras otak pula untuk memahaminya. Perlu membaca berulang-ulang untuk satu bab saja. Mungkin bagi orang yang terbiasa, memahami suatu buku tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah rata-rata pengguna smartphone telah terbiasa disajikan sesuatu yang instan dan mudah, sehingga saat menghadapi suatu materi baru yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi, pikiran akan tidak terbiasa. Bahkan mungkin menganggap, ah ini sulit sekali, saya tidak akan bisa. Atau mungkin pikiran-pikiran lainnya yang selalu berpikir cara instan untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Rasa malas inilah yang kemudian membentuk suatu mindset terhadap materi pelajaran bahwa pelajaran itu susah. Ketika mindset sudah tertanam, maka adaptasi akan semakin sulit dilakukan. Terakhir adalah kesulitan dalam bersosialisasi. Sorotan utama penulis adalah media sosial. Dengan adanya media sosial, pengguna smartphone sangat mampu berhubungan dengan orang-orang banyak di luar sana. Baik yang jauh maupun yang dekat. Semuanya jadi dekat. Kadang perasaan memiliki banyak teman yang seru -- dengan segala informasi menarik yang kita dapat -- akan membuat kita berpikir 'ah teman saya sudah banyak'. Padahal kenyataannya kita butuh teman tidak hanya sekedar infonya saja, namun lebih kepada interaksi secara langsung. Seseorang dengan jumlah teman yang banyak di media sosial belum tentu pintar untuk bersosialisasi di dunia nyata. Padahal untuk kehidupan kita ke depannya yang kita perlu latih adalah di dunia nyata, bukan dunia maya. Ada banyak sekali aspek yang tidak bisa kita dapatkan melalui teman di dunia maya.

 

            Setelah mendapatkan data-data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya, smartphone digunakan untuk mempermudah kegiatan sehari-hari manusia. Namun, tanpa adanya kebijaksanaan dari masing-masing pengguna, smartphone juga dapat berbalik menjadi sebuah alat yang dapat merusak manusia. Efek negatif smartphone sebenarnya bisa mencakup segala rentang usia, namun yang lebih banyak terkena dampaknya adalah usia-usia belia hingga remaja. Hal ini disebabkan oleh lingkungan mereka yang hampir seluruhnya menjadi pengguna smartphone. Bagi yang mampu menggunakannya dengan bijaksana, tidak ada masalah. Yang masalah adalah saat pengguna tidak mampu mengontrol kapan harus menggunakannya dan kapan tidak harus menggunakan smartphone.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun