Mohon tunggu...
jody aryono
jody aryono Mohon Tunggu... Konsultan IT dan Developer Sistem Berbasis AI | Assesor LSP Informatika

Seorang Senior IT Konsultan Teknologi dan juga Edukator Koding dan Kecerdasan Artifisial, yang fokus pada pengembangan Sistem berbasis AI dan solusi digital untuk instansi pemerintah, masjid, dan komunitas. Aktif menulis seputar teknologi, produktivitas, serta pemanfaatan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari. Topik favorit saya antara lain: AI, dakwah digital, coding, dan edukasi masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sedikit Menulis Banyak Engangement:Strategy Senyap yang Justru Menggema

10 Agustus 2025   08:00 Diperbarui: 10 Agustus 2025   04:46 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis sedang Membaca dan Membalas Komen, Source ChatGPT5 Prompt By Jody Aryono

Sedikit Menulis, Banyak Engagement : Strategi Senyap yang Justru Menggema

Catatan Awal: Mengapa Tulisan Ini Hadir

Tulisan sederhana ini lahir sebagai bentuk refleksi pribadi sekaligus ajakan hangat untuk kita semua baik pembaca maupun penulis agar saling mengingatkan tentang pentingnya hadir di ruang baca dan ruang komentar. Tulisan ini hadir bukan untuk menggurui, karena saya pun juga belum lama berkecimpung di dunia penulisan. Ia bukan sekadar kumpulan tips, tetapi cermin kecil untuk meninjau kembali cara kita berinteraksi di dunia menulis daring

Ketika Keheningan Justru Berisik

Di dunia menulis daring, ada penulis yang rajin menerbitkan 3 artikel sehari, ada pula yang hanya menulis sekali seminggu. Tapi anehnya, yang jarang menulis justru namanya sering muncul di beranda. Apa rahasianya? Bukan spam, bukan trik algoritma... melainkan strategi sedikit menulis, banyak engagement.

Mengapa Engagement Lebih Kuat dari Jumlah Tulisan

Tulisan itu ibarat undangan... tapi komentar dan interaksi adalah kunjungan ke rumah tetangga. Ketika kita rajin “bertamu” ke artikel orang, meninggalkan jejak yang bermakna, nama kita akan menempel di ingatan mereka. Pembaca lama dan penulis baru akan mulai mencari-cari tulisan kita.

Efek Psikologis: Merasa Diperhatikan

Siapa pun suka diperhatikan. Saat penulis lain merasa tulisannya dibaca sungguh-sungguh, komentar kita jadi magnet yang menarik mereka kembali. Memberikan empati dalam komentar misalnya dengan memahami sudut pandang penulis, mengakui perjuangan atau emosi yang tersirat mampu membentuk ikatan yang lebih kuat. Menjadi komentator pertama juga memberi nilai lebih, karena kita hadir di momen paling segar saat artikel baru tayang, sehingga interaksi terasa lebih personal dan berkesan. Hubungan emosional seperti ini tidak bisa digantikan oleh sekadar jumlah artikel.

Algoritma Juga Menyukai Interaksi

Platform seperti Kompasiana memerhatikan siapa yang aktif. Bukan cuma yang rajin menulis, tapi yang rajin engage. Komentar, diskusi, dan membalas balasan orang lain memberi sinyal pada algoritma bahwa kita “hidup” di platform dan itu mengangkat profil kita.

Seni Komentar yang Menggigit

Bukan sekadar melempar kata-kata ringan seperti "bermafaat","menarik", “mantap”,"Sepakat" atau “setuju”, Komentar yang menggigit adalah komentar yang memancing dialog, memperluas topik, dan mengundang perspektif baru. Komentar jenis ini membuat artikel tersebut kembali naik di peredaran, meningkatkan peluang dibaca lebih banyak orang, sekaligus memperkenalkan kita sebagai komentator yang berwawasan. Bedakan antara komentar bernilai dan penilaian artikel yang hanya satu kata, bukan hanya menyalin penilaian di komentar

Seni Membalas Komentar

Agar komentator merasa dihargai, penulis juga sebaiknya tidak hanya membalas dengan sepatah dua patah kata copy paste dari penilaian . Luangkan waktu untuk menanggapi dengan kalimat yang menunjukkan bahwa kita membaca komentar tersebut dengan sungguh-sungguh, memahami isinya, dan memberikan respons yang menambah makna percakapan. Dengan begitu, hubungan antara penulis dan pembaca akan terjalin lebih hangat dan berkesinambungan

Komentar Tulus vs Komentar Asal-asalan

Bedakan komentar yang sekadar demi engagement dengan komentar yang benar-benar lahir dari proses membaca tuntas, mencerna ide penulis, dan memberi tanggapan yang menambah nilai percakapan. Komentar jenis kedua ini tidak hanya terasa tulus dan relevan, tetapi juga sering memicu diskusi berkelanjutan. Pembaca akan merasakan bahwa kita hadir sepenuh hati, bukan sekadar meninggalkan jejak singkat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun