Radio siaran luar negeri yang tak kalah pentingnya dan selalu saya monitor yaitu Voice of America (VoA).Â
Penyiar-penyiarnya saat itu seingatan saya antara lain: Emma Soeradja, Tati Haryati, Willy Sitompul, Prahastuti Adhitama, Ruben Dangin, yang suaranya terkesan sangat tertata, intonasi suaranya jelas dengan jeda spasi antarkalimat yang disampaikan melalui studionya di Washington, DC.
Oh ya, untuk penyiar dari Radio Peking, Radio Moscow, termasuk Radio Jepang atau Nippon Hoso Kyokai (NHK)- walaupun juga saya ikuti namun tidak begitu akrab dengan para penyiarnya.Â
Sepertinya mereka adalah warga negaranya sendiri namun sudah sangat terlatih dan fasih dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Hobi bisa mendukung studi
Seperti ada pepatah mengatakan bahwa 'pengalaman adalah guru terbaik' dan ada pula yang bilang: 'tak kenal maka tak sayang' demikian kira-kiranya.
Hal ini ternyata dapat diimplementasikan dalam kehidupan saya. Ketika sejak SD/SMP, SMA, hingga studi di lingkungan kampus saban hari sudah terbiasa 'mencari sarapan informasi' yaitu mengarungi gelombang pendek hanya untuk memeroleh info aktual, terkini sehingga telah menjadi kebiasaan.
Nah kebiasaan yang terbangun atas dasar senang, hasrat (passion) serta pembiasaan tanpa ada paksaan dari pihak lain selama bertahun-tahun itulah akhirnya menjadi sebuah pengalaman tersendiri yang memiliki arti.
Demikian pula ungkapan 'tak kenal maka tak sayang' ini sangat membantu atau memperlancar kegiatan yang pernah atau sedang saya lakukan.
Betapa tidak, dari pengalaman-pengalaman tersebutlah ketika saya hendak menyusun tugas di kampus, ternyata semua bahan yang hendak menjadi objek kajian dan materi pendukungnya sudah cukup tersedia.
Apalagi saya sudah cukup lama 'menggauli' BBC Seksi Indonesia, sudah kenal, sudah memahami dan mengikuti siaran-siarannya -- maka saat itu pula saya ajukan sebagai tema (dalam proposal) skripsi dan langsung mendapat persetujuan dosen pembimbing, tanpa banyak coretan, atau dalam bahasa 'kromo halus'nya: everything is running well.