Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tom Haye Hitungan Hari, Ivana Lie Perlu Lima Tahun

31 Maret 2024   09:40 Diperbarui: 31 Maret 2024   14:32 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thom Haye setelah  diambil Sumpah sebagai Warna Negara Indonesia Maret 2024. (Sumber PSSI)

Ivana Lie perlu menunggu berliku selama lima tahun untuk menjadi warga negara Republik Indonesia. Tom Haye, Ragnar Oratmangoen, Nathan Tjoe-A-On hanya dalam hitungan malam.

Tidak perlu iri. Zaman berbeda, penguasa berbeda dan peraturan pun kini sudah banyak berubah. Sejauh diperlukan untuk "kepentingan tim nasional" segalanya bisa diproses cepat. Tidak perlu sampai diberlakukan slogan kebiasaan lama, "kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?" supaya dapet fulus, seperti dulu.

Thom Haye dan Ragnar Oratmangoen sempat tersendat memperkuat timnas sepak bola Indonesia, gara-gara menunggu tanda tangan persetujuan Ketua DPR-RI Puan Maharani sehingga gagal memperkuat tim Indonesia melawan Vietnam di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta (21.03.2024).

Sebenarnya ada tiga pemain sepak bola berdarah Indonesia-Belanda itu datang bersama ke Jakarta pada Senin malam (11.03.2024) untuk diambil sumpah sebagai WNRI. Mereka adalah Thom Haye dari SC Heerenveen Belanda, Nathan Tjoe-A-On juga dari SC Heerenveen, serta Ragnar Oratmangoen dari  Fortuna Sittard.

Nathan Tjoe-A-On diambil sumpah di kantor Imigrasi langsung setiba di Bandara Soekarno Hatta, (11.03.2024) malam itu juga karena dokumen yang dia bawa sudah ditanda-tangani oleh Presiden Joko Widodo. Sedangkan Thom Haye dan Ragnar Oratmangoen masih menunggu tanda tangan persetujuan dari Ketua DPR Puan Maharani dan belum dapat persetujuan dari Presiden.

Walhasil, ketibaan mereka waktu itu tidak mengejar penampilan perdana mereka di timnas Garuda lawan Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Konfederasi Asia di Grup F Kamis (21.03.2024), karena rupanya mereka harus mengurus lebih dulu kepindahan mereka dari Federasi Sepak Bola Belanda ke PSSI sebelum mendapat persetujuan Presiden Joko Widodo untuk kemudian diambil sumpah sebagai WNRI. Juga diambil sumpah, Maartin Paes penjaga gawang FC Dallas AS yang juga bakal memperkuat  timnas Indonesia.


Thom Haye dan Ragnar baru bisa tampil di pertandingan Leg 2 di Hanoi Vietnam lima hari kemudian. Thom bahkan menjadi penentu gol, melalui tendangan sepak pojoknya yang akurat di mulut gawang Vietnam, dan dieksekusi dengan heading pemain jangkung Belanda asal klub seri B Italia, Venezia FC Jay Idzes. Ragnar Oratmangoen bahkan mencetak gol kedua dari tiga gol ke gawang Vietnam melalui aksi solo melewati beberapa pemain Vietnam, sebuah gol dari sudut sempit. Gol ketiga dari kemelut di gawang Vietnam diceploskan oleh striker Persis Solo, Ramadhan Sananta.

Setidaknya Sepuluh

Sejak pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-Yong menangani timnas Indonesia Desember 2019, setidaknya sudah 10 pemain naturalisasi direkrut ke timnas. Dan masih akan tambah lagi.

Kesepuluh pemain naturalisasi itu adalah Jay Idzes dari Venezia FC Italia, Jordi Amat dari Johor Darul Ta'zim Malaysia, Sandy Walsh dari KV Mechelen Belgia, Shayne Pattynama dari KAS Eupen Belgia, Nathan Tjoe-A-On dari SC Heerenveen, Justin Hubner dari Wolverhampton Wanderers Inggris, Thom Haye dari SC Heerenveen Belanda, Ivar Jenner dari FC Utrecht Belanda. Sedangkan Maartin Paes penjaga gawang FC Dallas AS belum dimainkan oleh Shin Tae-Yong sebagai cadangan kiper.

Sejak Desember 2020 Shin Tae-Yong sudah mencari pemain keturunan Indonesia yang main di luar negeri untuk keperluan tim Indonesia di Piala Dunia U-20 tahun 2021 yang akhirnya batal itu. Tujuh pemain sudah diresmikan PSSI, dan akhirnya bertambah lagi lantaran untuk timnas senior Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Jordi Amat (32) merupakan pemain naturalisasi pertama yang direkrut Shin Tae-Yong. Jordi pernah main untuk Spanyol U-21 dan disumpah menjadi WNI pada 17 November 2022. Jordi sempat memperkuat timnas Indonesia di Piala AFF 2022, saat Indonesia menang lawan Kamboja 2-1.

Sandy Walsh (29) pemain back kanan yang pernah tampil untuk Belanda di U-19 ini memperkuat timnas Garuda saat melawan Turkmenistan 2-0 di Surabaya pada 8 September 2023.

Shayne Pattynama (25) menjadi pemain ketiga yang dinaturalisasi di era Shin Tae-Yong. Menjadi WNI saat disumpah di kantor wilayah Kemenkumham Jakarta. Pemain back sayap ini mulai dimainkan Indonesia saat uji coba lawan Argentina 19 Juni 2023.  Indonesia waktu itu kalah 0-2.

Ivar Jenner (20) mula-mula diproyeksikan memperkuat tim Indonesia untuk Piala Dunia U-20 tahun 2023 yang batal itu. Ia resmi menjadi WNI pada 22 Mei 2023. Pertama kali diturunkan ketika uji coba lawan Palestina 0-0.

Rafael Struick (21) pemain striker ini juga semula diproyeksikan untuk tampil di Piala Dunia U-20 yang batal. Ia disumpah sebagai WNI bersama Ivan Jenner pada 22 Mei 2023. Pemain asal ADO Den Haag ini dimainkan pertama ketika lawan Palestina 0-0 pada 14 Juni 2023.

Justin Hubner (20) tadinya direncanakan menjalani naturalisasi berama Ivan Jenner dan Rafael Struick, tetapi ragu karena sempat dipanggil untuk tim Belanda U-21. Tetapi kemudian disumpah pada 6 Desember 2023. Pemain bek ini masuk pasukan Piala Asia 2023.

Jay Idzes (23) yang belakangan ini favorit di medsos sebagai pemain belakang yang elegan, disumpah sebagai WNI 28 Desember di Jakarta. Pemain nomor punggung 4 di Timnas saat lawan Vietnam ini, mencetak gol dengan headingnya berkat sepak pojok Thom Haye, saat Indonesia menggunduli Vietnam di kandang mereka sendiri 3-0 di Leg 2 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Hanoi Selasa (26.03.2024) lalu.

Ivana Lie Ing Hoa di depan Kampus Bulu Tangkis miliknya pada 1988. (Foto Jimmy S Harianto)
Ivana Lie Ing Hoa di depan Kampus Bulu Tangkis miliknya pada 1988. (Foto Jimmy S Harianto)

Kenapa Ivana Lima Tahun?

Sebagai ilustrasi betapa perkembangan zaman, perkembangan politik dan juga pergantian penguasa membuahkan perubahan pada proses naturalisasi pemain-pemain olahraga Tanah Air.

Paling fenomenal dan sempat menjadi pergunjingan luas, adalah perjuangan pemain bulu tangkis nasional Ivana Lie asal Bandung. Ironisnya, pemain yang berkali-kali membuat bendera merah putih berkibar ini, baru menjadi warga negara RI setelah lima tahun mengurus SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan RI) bagi warga keturunan Tionghoa.

Masuk pertama kali ke pelatnas bulu tangkis di Senayan Jakarta pada tahun 1976. Tidak hanya gelar juara tunggal putri di berbagai turnamen internasional ia raih. Akan tetapi juga memperkuat Merah Putih di berbagai multi event seperti SEA Games (1979, 1983), Asian Games (1982).

Setiap kali berangkat ke berbagai event, mewakili Indonesia, Ivana dan juga sejumlah pemain keturunan China lainnya yang tidak punya paspor Indonesia, kudu mengurus surat keterangan laksana paspor agar bisa tampil bermain untuk Indonesia. Tidak hanya dia, akan tetapi juga dulu seniornya Tan Joe Hok (peraih gelar juara All England pertama Indonesia tahun 1959), serta Liem Swie King. Juga juara dunia dan juara Olimpiade di bawah generasinya, Hendrawan.

Meski sebenarnya besar dan lahir di Indonesia (orang tua Ivana Lie Ing Hoa, Lie Tjung Sin dan Kiun Yun Moi adalah WNA kelahiran Tiongkok), Ivana tak berpaspor. Tindakan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa di Indonesia itu akibat dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 tahun 1959 yang melarang "orang asing berdagang eceran di tingkat kabupaten ke bawah, serta wajib mengalihkan usahanya kepada warga Indonesia"...

Dampak dari peraturan ini , maka terjadi eksodus besar-besaran etnis Tionghoa di Indonesia mereka hijrah ke China. Banyak di antaranya, adalah pemain-pemain bulu tangkis andal keturunan China di Indonesia yang akhirnya mempelopori bulu tangkis di negeri Panda tersebut. Sampai akhirnya, China pun merajai bulu tangkis, menjadi rival siapapun di dunia, termasuk Indonesia.

Peraturan diskriminatif itu pun kemudian dihapuskan di era Menteri Kehakiman Mochtar Kusumaatmadja, saat ia mengeluarkan Peraturan Menteri Kehakiman No 3/4/12 tahun 1978. Antara lain isinya, "setiap warga negara Republik Indonesia yang perlu membuktikan kewarganegaraannya, dapat mengajukan permohonan kepada Menteri Kehakiman untuk memperoleh SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan RI).

Tetapi ya itu tadi, soal mentalitas birokrasi pada masa itu. Slogan "kalau bisa dipersulit, kenapa mesti dipermudah?" pun berlaku. Sehingga para warga keturunan Tionghoa menjadi obyek pemerasan dalam hal mengurus SBKRI. Selain mahal, juga sulit berbelit-belit.

Hingga suatu ketika, Ivana menceritakan nasibnya itu saat bertemu Presiden Soeharto menjelang keberangkatan tim Piala Thomas dan Piala Uber 1981. (Saya pernah menuliskannya di Kompas pada tahun itu). Dalam pertemuan formal dengan Kepala Negara itu, Ivana memberanikan diri berseloroh dengan Presiden.

"Pak, saya KTP pun tak punya...," celetuk Ivana Lie. Rupanya celetukan Ivana itu ditanggapi serius oleh Soeharto, bahkan Presiden memerintahkan untuk mengurus surat-surat pemain bulu  tangkis seperti juga Ivana.

Begitu mendapatkan paspor, enam bulan kemudian, Ivana pun langsung semangat.... mempersembahkan medali emas Asian Games 1982 New Delhi di nomor Ganda Campuran bersama Christian Hadinata seniornya... *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun